Berdebat dengan Teman Ateis: Sebuah Refleksi Intelektual

Rabu 28-06-2023,12:23 WIB
Reporter : Reza Al-Habsyi
Editor : Reza Al-Habsyi

"Kalau begitu, mengapa Tuhan tidak merubah saja manusia semuanya menjadi soleh, dan dengan pengetahuannya itu, seharusnya ia dapat membuat semuanya menjadi baik-baik saja", tanyanya lagi demi menuntaskan penasaran.

Mendengar itu saya langsung mengubah gaya duduk, lalu berkata, "Tampaknya pemahaman anda tentang Tuhan masih sangat primitif, tapi tak mengapa, namanya juga sedang berproses. Begini, Bedakan antara Kehendak Tuhan, keinginan Tuhan dan Pengetahuan Tuhan. Kehendak Tuhan berkaitan dengan hukum Kausalitas, hukum yang mesti diberlakukan akibat konsekuensi-konsekuensi tertentu"

"Sedangkan pengetahuan Tuhan adalah sebuah sifat mengetahui apa yang akan terjadi kedepan. Sementara keinginan Tuhan adalah yang di idealkan oleh Tuhan, tentu tak mesti selaras dengan kehendakNya. Justru disinilah Tuhan memberikan kita kehendak bebas untuk memilih A atau B, pilihan kita nanti, bisa jadi tidak sesuai dengan selera Tuhan. Pilihan kita akan masuk ke dalam hukum kausalitas yang Tuhan ciptakan atas dasar prinsip keadilanNya. Disinilah urgensi Neraka dan Surga. Neraka dan surga diciptakan berdasarkan prinsip keadilan Tuhan. Prestasi seseorang yang menentukan semuanya," jawab saya.

Belum sempat menyelesaikan jawaban ini, tiba-tiba Ia menyelak, "Nah, mengapa Tuhan menciptakan neraka, kesannya kejam amat. Bukankah Tuhan maha pengasih dan maha penyayang, tetapi malah kesan kontradiktif yang saya dapat?", Tegasnya.

Baca Juga: https://siasat.co.id/staycation-dan-kebudayaan-patriarki/

Sedikit agak kesal, saya berucap, "Tidak ada yang kontradiktif, anda mesti pelan-pelan memahami konsep ini. Apakah adil bagi Tuhan menyamakan orang baik dengan orang jahat, lalu sekonyong-konyong memasukan mereka semua ke dalam surga?"

"Justru zalim bila Tuhan menyamakan orang yang berprestasi dengan yang tidak. Surga itu mulia bukan karena zatnya, tapi karena kualitas penghuninya. Kalau semuanya masuk surga, maka baik dan jahat menjadi absurd, benar dan salah pun menjadi tidak penting. Bila mengacu pada logika anda, maka seharusnya tak perlu ada penjara di setiap negara, tak perlu juga ada hukuman bagi orang-orang yang melakukan tindakan kriminal, supaya negara tidak kejam", tegasku.

Mendengar jawaban yang panjang itu, Ia hanya menggarukan kepala lalu berkata, "ehmm gitu yaah, oke deh, besok kita lanjutkan lagi, masih banyak hal yang mau saya tanyakan perihal Tuhan, saya sudah sedikit pusing nih", ujarnya.

Sambil tersenyum, saya katakan kepadanya, "santai aja bro, kalau mau jadi ateis, jadilah ateis yang saleh, jangan nanggung seperti gini. Apa perlu saya pinjamkan buku Richard Dawkins dan Yuval Noah Hariri.", ujar saya.

"Waw, boleh tuh. Nanti kita berkabar deh", ucapnya sambil bersiap-siap pergi meninggalkan meja diskusi.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler