SIASAT.CO.ID - Keputusan yang menjadikan Gubernur DKI Jakarta maju menjadi capres 2024 membuat sosok Anies Baswedan diserang dari berbagai pihak.
Walaupun Anies Baswedan didukung oleh tiga partai politik besar, bahkan sampai didukung oleh Front Pembela Islam (FPI), namun banyak juga pihak yang tidak senang dengan Anies Baswedan.
Tidak hanya para politikus PDIP, bahkan pihak Islamofobia juga ikut-ikutan menyerang Anies Baswedan.
Mengenai fenomena kekanak-kanakan itu, Peneliti Pusat Riset Politik-Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Firman Noor mengambil kesimpulan kalau ternyata kesadaran demokratik masyarakat Indonesia itu kenyataannya belum menyeluruh dan kuat.
Baca Juga: Jadwal KRL Solo-Jogja dan Jogja-Solo, Hari Ini 5 Februari 2023: Catat Keberangkatannya Di Sini
"Ini sebetulnya akar dari mengapa gangguan-gangguan itu demikian besar, demikian terasa, kadang juga demikian kekanak-kanakan. Karena memang kesadaran demokrasi yang belum kuat atau lemah di Indonesia saat ini, yang sayangnya tidak hanya di level masyarakat, tapi juga di level elite," kata Firman dalam diskusi 'Indonesia Leaders Talk' yang dikutip Minggu (5/2/2023).
Menurut Firman, apabila negara memiliki kesadaran demokratik yang sangat kuat, harusnya Anies Baswedan sama sekali tidak terkena serangan dari pihak manapun. Termasuk soal Islamofobia.
Lantas, apa yang dialami oleh Anies Baswedan saat ini, mengingatkan Firman Noor tentang buku How Democracies Die. Yang di sana menceritakan kalau perbedaan pendapat demokratis itu adalah momok yang sangat menakutkan.
Bahkan akan menjadi jauh lebih menakutkan, apabila sampai menggunakan seluruh perangkatnya untuk membunuh pihak yang berada di seberangnya.
"Inilah tantangan yang dihadapi oleh Koalisi Perubahan saat ini, karena sedang tumbuh dan juga kalau menang pun, kekuatan yang sedang tumbuh ini tidak segera diredam," kata Firman.