Risalah Lebaran

Risalah Lebaran

Idulfitri, kembali ke diri. Bulan puasa, bulan memanusia, setelah sebelas bulan meninggalkan diri, kehilangan diri, teralienasi.

Kata Ali ibn Abi Tholib, "aku heran pada orang-orang yang sibuk mencari harta bendanya yang hilang, tapi tak peduli pada dirinya yang juga hilang ('uyunul hikam, jilid 1, hal 329)

Padamu terdapat dirimu dan bukan dirimu. Manakah dirimu, manakah bukan dirimu? Dirimu adalah yang Anda sebut dengan sang aku. Dirimu adalah yang mendaku aku, walau kadang salah daku; bukan aku didaku sebagai sang aku. Sang aku adalah jiwa non materi, pusat nilai, persepsi, dan aksi.

Kuku yang melekat di jari-jemariku, bahkan jari-jemariku itu sendiri, tentu bukan aku, apatah lagi cincin berkilau yang melingkarinya, sudah pasti bukan aku. Tubuhku bukan diriku. Semua busana dan hiasan yang menempel di atasnya, juga bukan aku. Semua itu adalah milikku, tapi bukan aku.

Berbulan-bulan diri kehilangan sang aku, diasingkan, dijadikan pelayan. Bukan aku bertahta di atas singgasana sang aku. Dilayani bak raja diraja, dengan ancaman kemiskinan dan kematian.

Baca Juga: PUASA

Orang-orang tidak lagi melihat Anda sebagai Anda, tapi sebagai apa yang Anda miliki. Anda dinilai bukan dari kemuliaan jiwa Anda, tapi dari apa yang dikenakan oleh raga Anda. Yang bukan Anda, menggantikan posisi Anda, anda telah lama tiada.

Tuhan yang pengasih tentu welas asih. Dijadikannya satu bulan sebagai bulan refleksi, menempuh gerak perfeksi, kembali ke diri. Itulah Ramadan. Diundangnya semua kita ke pesta perjamuan, dengan hidangan yang diperuntukkan khusus pada sang aku. Syahrun dui'tum fihi ila dhiyafatillah… (Wasailus syi'ah, jilid 10, hal 313).

Idul fitri adalah hari raya, adalah hari perayaan, merayakan kembalinya sang aku pada aku. Idul fitri adalah hari pembebasan, terbebasnya sang aku dari belenggu bukan aku. Idul Fitri adalah hari kembali, kembalinya dominasi insaniah atas dimensi hewaniah.

Idul Fitri adalah hari kemenangan. Kemenangan adalah milik para petarung. Yang berpuasa dan menghadiri pesta perjamuan Tuhan, pasti menang. Dialah Tuhan yang tak mengusir para pengetuk pintu-Nya. Ketuklah pintu-Nya, niscaya Anda akan beroleh kemenangan.

Namun, level kemenangan ditentukan oleh level kembalinya Anda. Sejauh mana kadar kembali Anda pada fitrah insaniah, begitulah kadar kemenangan Anda di hari yang fitri. Dan begitu pula kadar efek kemanusiaan Anda akan bertahan pasca ramadan.

Baca Juga: Jelang Hari Kemenangan

Beruntunglah mereka yang akalnya merajai ragam dayanya, yang jiwanya adalah pengontrol raganya, yang tiada berlalu hari-harinya tanpa penghambaan, yang konsisten pada fitrah insaniahnya di tengah gelombang rayuan insting hewaniah dan desakan naluri alamiah. Mereka adalah orang-orang yang berhari raya di tiap hari.

انما هو عید لمن قبل الله صیامه وشکر قیامه وکل یوم لا یعصی الله فهو عید

Sumber: