Menembus Batas Sunyi pada Malam Qadr

Menembus Batas Sunyi pada Malam Qadr

MALAM itu, kami sebagai mahasiswa Jamiah Al-Mustafa Tehran diajak mengikuti majelis malam Qadr oleh Agha Imam Zadeh. Beliau adalah Ketua Bidang Kebudayaan Jamiah Al-Mustafa Tehran pada salah-satu masjid yang berada di sekitar Wali Asr, Tehran.

Sebagaimana yang diketahui bahwa perayaan malam Qadr menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di Iran. Ini tak lain karena malam Qadr selain dipahami sebagai malam diturunkannya kitab suci Alquran, malam Qadr juga dimaknai sebagai malam untuk bermuhasabah diri.

Suasana di sekitaran masjid tampak ramai. Terlihat orang-orang beramai-ramai menghadiri acara peringatan malam Qadr. Di depan masjid, terlihat beberapa tempat yang disediakan minuman seperti teh dan kopi. Jamuan ini disediakan bagi mereka yang hendak hadir mengikuti kegiatan malam Qadr.

Kebetulan malam Qadr yang kami ikuti merupakan malam kedua yang sekaligus bertepatan dengan peringatan wafatnya Imam Ali as. Suasana malam Qadr bercampur antara duka, cinta, dan kerinduan. Peringatan malam Qadr ini terdiri dari pembacaan ayat Alquran dan Jausyan Kabir yang berisi tentang seribu nama-nama Allah SWT.

Baca Juga: Simak Bacaan Niat dan Tata Cara Sholat Lailatur Qadar

Di tengah munajat dan lantunan doa, saya mengamati orang-orang sedang khusyuk bermunajat. Mereka seolah meresapi setiap makna di balik doa yang dipanjatkan. Seolah mereka menunjukkan jika di tengah hiruk-pikuk kehidupan, terdapat waktu untuk kembali melihat diri dan mengukir nasib di setiap lembaran doa.

Ini menunjukkan kepada saya bahwa terkadang kesibukan dunia sering membawa kelalaian, sehingga lupa bagaimana seharusnya manusia memahami arti pergi dan kembali yang sesungguhnya.

Hingga sebelum doa acara berakhir, beberapa lampu masjid dimatikan. Di tengah remangnya cahaya lampu, saya melihat bagaimana orang-orang yang tenggelam dalam kesunyian. Seakan mereka menunjukkan bahwa hanya ada diri mereka dengan Tuhannya, sehingga setiap rintihan yang terdengar di antara jemaah yang hadir tidak lagi terdengar di antara sesama, selain rintihan masing-masing.

Sumber: