Ngasiman Djoyonegoro: Intelijen Negara Perlu Inovasi Digital untuk Hadapi Ancaman Spionase

Ngasiman Djoyonegoro: Intelijen Negara Perlu Inovasi Digital untuk Hadapi Ancaman Spionase

SIASAT.CO.ID - Pengamat intelijen, pertahanan, dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro, mengatakan dalam dunia saat spionase terjadi di mana-mana, badan intelijen perlu menanggapi peluang dan tantangan yang disajikan oleh teknologi baru serta ekosistem digital yang terus berubah.

Isu digital yang terjadi di era kontemporer antara lain Artificial Intelligence (AI), kampanye disinformasi yang canggih, dan aliran data yang berlipat ganda setiap dua tahun.

“Sudah seharusnya intelijen negara mulai mengintegrasikan kemampuan digital pada seluruh misi yang dijalankan secara inovatif,” kata Ngasiman dalam Soft Launching buku Intelijen Digital edisi revisi, baru-baru ini.

Seringkali, dunia intelijen dipersepsikan sebagai sisi gelap dalam kehidupan bernegara dan pergaulan internasional.

Baca Juga: Merenungkan Kopassus di HUT ke-71 dan Ide Separatisme Papua

Tapi, kata pria yang akrab disapa Simon ini, sejatinya intelijen merupakan seni tentang kemungkinan atau probabilitas. Kesuksesan di dunia intelijen membutuhkan kreativitas, kecerdikan, tekad, dan optimisme.

Rektor Institute Sains dan Teknologi Al-Kamal Jakarta ini mengurai tentang kemungkinan di dunia siber dan digital dalam bukunya tersebut.

Buku karya Ngasiman Djoyonegoro edisi revisi. (Foto: Istimewa).

Intelijen di era transformasi digital adalah perpaduan multidisiplin: serangan dunia maya, keamanan digital, pengumpulan sumber terbuka, ilmu data, AI, dan teknologi informasi.

Kesemuanya itu penting untuk meningkatkan sistem deteksi dini intelijen negara.

Baca Juga: Iran dan Arab Saudi Akur, Bos CIA: AS Frustrasi

“Adalah penting mengintegrasikan operasi manusia, teknis, dan digital dalam skala besar, untuk melawan musuh secara cepat. Untuk mewujudkannya, intelijen negara dituntut untuk meningkatkan ketajaman digital seluruh SDM-nya,” kata Simon.

Menghadapi Pemilu 2024, berbagai momentum seperti KTT ASEAN, bahkan sangat mungkin dijadikan sebagai ladang untuk melancarkan aksi gangguan dan ancaman terhadap keamanan nasional, seperti provokasi kebencian terhadap negara dan provokasi yang berpotensi menimbulkan perpecahan antar anak bangsa.

Simon menerangkan, inovasi intelijen digital diharapkan mampu mengantisipasi itu semua sebelum terjadi.

Tantangan besarnya adalah bagaimana menggabungkan keahlian intelijen digital dengan kekuatan tradisional intelijen negara dalam teknologi dan sains.

Sumber: