Mimpi SBY: Rekonsiliasi, Koalisi, dan Pemimpin Beda Visi

Mimpi SBY: Rekonsiliasi, Koalisi, dan Pemimpin Beda Visi

SEMUA orang pasti pernah bermimpi. Ada yang mempercayai tafsir mimpi, meskipun sebagian besar tidak terlalu memperdulikan hal tersebut. Jarang orang yang menceritakan mimpi mereka, terutama yang terjadi di siang hari.

Namun, tidak demikian bagi seorang tokoh seperti Susilo Bambang Yudhoyono. Presiden keenam yang akrab disapa SBY ini membagikan mimpinya di akun Twitter. Apakah itu mimpi nyata atau hanya ungkapan perasaan yang sulit diungkapkan dengan cara lain, hanya SBY yang tahu. Yang pasti, mimpi ini menjadi viral dan banyak dibicarakan.

Dalam mimpinya, SBY bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan bersama-sama menjemput Megawati untuk pergi ke Gambir naik kereta api dalam satu gerbong. Setibanya di Solo, mereka berpisah. Jokowi pulang ke rumahnya, SBY juga ke rumahnya di Pacitan, dan Megawati melanjutkan perjalanan ke Blitar, ke "rumah terakhir" ayahnya, Sukarno. Ada pertemuan, ada gerbong yang sama, dan ada perpisahan menuju rumah masing-masing. Mimpi ini menarik untuk diinterpretasikan. Ada kebersamaan dalam satu gerbong, makan dan minum bersama, namun menuju rumah yang berbeda.

Jika mimpi ini adalah rekayasa—belum pernah ada pengadilan untuk membuktikan kebenarannya—maka ini adalah mimpi yang menjadi impian SBY. Ia ingin damai. Ketika dikaitkan dengan Pemilu 2024 yang semakin dekat, hal ini dapat diartikan sebagai rekonsiliasi atau bahkan membangun koalisi. Poin ini menarik perhatian para pengamat politik dan banyak tokoh yang memberikan komentar.

Baca Juga: Gelojoh Jokowi atas Kuasa

Ada apa antara SBY, Megawati, dan Jokowi? Tidak perlu lagi menjelaskan hubungan yang kurang harmonis antara SBY dan Megawati. Mengapa Jokowi terlibat dalam mimpi ini? Karena Jokowi adalah tokoh yang senang berkampanye menjelang Pemilu 2024. Dalam hal calon presiden, Jokowi tidak jelas antara mendukung Ganjar yang diusung PDIP atau memihak Prabowo yang dianggap "tokoh paling berani dan berani" untuk melanjutkan kerjanya.

Namun yang pasti, Jokowi ingin hanya ada dua calon yang bertarung dalam pemilihan presiden. Tidak ada calon lain, terutama yang akan membawa perubahan. Menurut Jokowi, pemimpin yang akan datang adalah penerus dari pemimpin sebelumnya. Bukan pemimpin yang memulai dari awal seperti petugas di stasiun pengisian bahan bakar umum. Namun, Jokowi terpancing untuk berkomentar tentang mimpi SBY dengan mengatakan, "Ya, itu adalah mimpi kita, mimpi kita semua."

Dalam menafsirkan mimpi SBY ini, Puan Maharani lebih cerdas. Puan berkata, "Ya, mungkin itu adalah pertanda bagaimana membangun bangsa dan negara dilakukan bersama-sama, dalam kebersamaan." Kebersamaan adalah yang terutama. Apakah Puan dapat mewakili ibunya, itu mungkin atau tidak. Tetapi Puan memang pernah berbincang dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang membuat SBY bermimpi naik kereta api.

SBY bersama Presiden Jokowi dan Megawati Soekarnoputri.
SBY bersama Presiden Jokowi dan Megawati Soekarnoputri. (Foto: istimewa)

Jika tafsir mimpi ini mengisyaratkan adanya keharmonisan antara Mega dan SBY, itu adalah hal yang wajar dalam usia mereka yang menua. Ada pepatah dari leluhur kita: di usia senja, mari kita kubur perselisihan dan menghapus dendam terhadap siapa pun. Menjelang hari-hari terakhir, mari kita membersihkan hati dan jiwa, banyak memberi maaf, dan tidak ragu meminta maaf. Tafsir ini lebih penting daripada menduga-duga Mega akan membentuk pasangan Ganjar dengan AHY.

Baca Juga: Partai Demokrat Menunggu Kesediaan Megawati Bertemu SBY

Bagaimana dengan Jokowi?

Dalam mimpinya, SBY menyebutkan bahwa Jokowi akan mengunjungi rumahnya di Solo. Jika tafsir mimpi ini diperluas, adalah wajar jika Jokowi menikmati ketenangan dan kedamaian di Solo. Ia telah membangun "rumah pensiun" sebagai bekas kepala negara di Karanganyar. Namun, kedamaian itu akan lebih jelas terlihat jika Jokowi membiarkan munculnya calon pemimpin yang memiliki visi yang berbeda dengan dirinya. Tanpa adanya dendam.

Biarkan rakyat memilih tanpa harus diingatkan untuk memilih pemimpin yang benar, karena kebenaran tidak dapat dimonopoli. Juga, tidak perlu menghalangi kemunculan pemimpin yang ingin melakukan perubahan, karena banyak hal yang perlu diperbaiki. Mari kita bersama-sama bermimpi untuk Pemilu dan Pilpres yang penuh kebersamaan.

Sumber: