PBNU Ajak Masyarakat Pelihara Harmoni dalam Perbedaan

PBNU Ajak Masyarakat Pelihara Harmoni dalam Perbedaan

SIASAT.CO.ID - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Yahya Cholil Staquf, menekankan dalam era globalisasi, isu perbedaan menjadi semakin penting. Dalam kondisi dunia yang semakin terhubung, penting untuk memprioritaskan harmoni guna menjaga persatuan dan mengurangi konflik yang timbul akibat perbedaan tersebut.

"Semua orang memiliki tanggung jawab untuk mengupayakan kehidupan yang harmonis di masa depan untuk menghindari konflik berkepanjangan. Jika tidak, konflik antar-perbedaan akan terus terjadi dan menghancurkan kemanusiaan,” kata Gus Yahya, sapaan akrabnya, dalam forum sosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (ASEAN IIDC) 2023, di Palembang, Senin, 10 Juli 2023.

Acara tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh, termasuk Direktur Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama, Kamaruddin Amin; Rektor UIN Raden Fatah Palembang, Nyayu Khodijah; Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri, Sidharto R Suryodipuro; dan Staf Ahli Hubungan Antarlembaga Kementerian Luar Negeri, Habib Muhsin Syihab.

Menurut Gus Yahya, di masa lampau, orang dapat hidup dengan nyaman mempertahankan identitas mereka sendiri tanpa terganggu oleh orang lain karena dapat memisahkan diri.

Namun, saat ini, orang-orang dengan latar belakang yang berbeda terpaksa harus bertemu dan terlibat dalam urusan bersama meskipun memiliki perbedaan.

Gus Yahya memberikan contoh bahwa di masa lalu, orang Palembang tidak perlu berurusan dengan orang Madura. Namun, sekarang hal itu dimungkinkan karena Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatra Selatan, KH Amiruddin Nahrawi, adalah orang asli Madura. Contoh lainnya adalah Rishi Sunak, seorang keturunan India yang menjadi Perdana Menteri Inggris.

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (tengah) dalam forum sosialisasi ASEAN Intercultural and Interreligious Dialogue Conference (IIDC) di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (10/7/2023). (Foto: Antara).

Oleh karena itu, Gus Yahya menegaskan bahwa harmoni merupakan tujuan hidup bagi semua manusia. Oleh karena itu, menciptakan harmoni adalah cita-cita dan ajaran dari semua agama yang harus diperjuangkan. Tindakan atau perilaku yang menyebabkan konflik harus dikecam oleh semua umat beragama karena mengganggu harmoni.

"Jelas bahwa peradaban yang kita hidupi bersama ini membutuhkan unsur-unsur yang dapat memelihara harmoni di antara kita semua, dan di tengah-tengah perbedaan yang kita miliki ini,” katanya.

Mengutip nasihat dari Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Gus Yahya meyakini bahwa tidak ada cara yang lebih baik untuk membantu Islam selain dengan membantu seluruh kemanusiaan.

Gus Yahya yakin bahwa jika hanya memikirkan tentang Islam dan mengabaikan yang lain atau menganggapnya sebagai hambatan, Islam tidak akan mencapai kemaslahatan, melainkan akan terjebak dalam konflik yang tak berujung.

Hidup Berdampingan dengan Kedamaian

Hingga saat ini, Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dibuat pada 1945 menjadi konsensus bagi masyarakat dunia untuk hidup berdampingan secara damai.

Namun, konsensus tersebut tidak langsung membuat dunia menjadi damai tanpa konflik. Hingga saat ini, konflik yang disebabkan oleh aspirasi politik dan ekonomi yang berbeda masih terus terjadi dan muncul.

Sumber: