Agama dan Cek Kosong

Agama dan Cek Kosong

AGAMA, oh agama, engkau lebih sering diserukan daripada dihadirkan. Beribu kata-kata bijak terpampang, hanya tampak seperti iklan obat, fals dan tak bernada, kisut dilindas roda zaman.

Di pasar-pasar kehidupan, para budak dunia menjajakanmu dengan harga murah. Menelentarkan nilai sehabis dipakai.

Yaa benar, mereka yang menjual berkah, mereka pula yang memburu kuasa, melampiaskan syahwat di atas mimbar, membuang benih dimana-mana, lantas cemarlah sabda-sabda cinta.

Masa, masa adalah peluang yang dapat dikelola, menjadi sumber cuan nan menggiurkan. Kitab suci ditakwil dengan gaya Nazi, membunuh yang berbeda, menebar fitnah dimana-mana.

Yang lain tak kalah gila, fatwa dipesan sesuai selera, cerdik soal cari muka. Inilah ketika tukang dongeng beraksi, maka bertumpuklah duta-duta toleransi, berebut panggung di televisi.

Kebuasan terus mencari legitimasi, pada tumpukan kisah-kisah yang termanipulasi. Menikmati Fasilitas gemuk, sambil menggaruk perut. Rakus seperti tikus, menyelinap diantara gorong-gorong, suka menjilat dan melolong.

Perampokan atas nama Donasi, pembangunan dan proyek moderasi. Sambil cekikikan mereka asik menyantap daging manusia tanpa dosa. Dinamis dan realistis, kata mereka.

Cuiiihh (Meludah), benar-benar menjijikan!

Di tangan wakil-wakil tuhan swasta ini, Agama tak berbeda dengan cek kosong, terlihat gagah tapi kopong. Kita yang masih waras segera tereliminasi, hanya karena tak tega, hanya karena tak dinamis, hanya karena tahu malu!

Sumber: