Haji Misbach Jalan Panjang Menuju Keadilan

Haji Misbach Jalan Panjang Menuju Keadilan

SIASAT.CO.ID – Sosok Haji Misbach mungkin tak begitu populer dibandingkan Tan Malaka pada masa pergerakan kolonialisme di Indonesia. Haji Misbach merupakan tokoh yang terkenal dengan ide mengelaborasi ajaran Islam dan komunisme untuk melawan Belanda.

Islam dan politik di Indonesia dapat diibaratkan seperti air dan ikan. “Islam” adalah “Air” tempat hidup berbagai jenis ikan di dalamnya. Sejak zaman kolonial hingga politik kontemporer sekarang ini, berbagai organisasi, kaum intelektual, dan aktor-aktor memainkan peranannya secara signifikan. Padahal perdebatan tentang tema ini telah diawali oleh tokoh pergerakan seperti Haji Misbach.

Miskinnya wacana perdebatan itu sendiri bukan karena tidak ada fakta-fakta yang ditemukan, tapi lebih pada sikap penguasa yang tidak membuka ruang bagi perdebatan tentang sosialisme, sebagaimana tertuang pada Tap MPRS No. XXV tahun 1969. Akibatnya, terjadi pemenggalan historis dari kekayaan intelektual Islam dalam hubungannya dengan pemahaman tentang sosialisme atau komunisme. Kekayaan intelektual ini sudah seharusnya dibahas secara ilmiah atau diperdebatkan kembali.

Haji Misbach sebagai KIAI Merah

Sebutan Kiai merah selalu melekat dalam diri Haji Misbach. Kalimat “Jangan takut, jangan khawatir”, yang sering dilontarkan oleh dirinya, terdapat pula kalimat yang mempunyai kedalaman makna tentang keyakinan yaitu “Orang yang menolak dirinya Islam tetapi setuju dengan komunisme saya berani katakan ia bukan Islam sejati”, kalimat ini tentu menuai perdebatan pada masanya, mungkin juga saat ini.

Namun itulah sikap yang ditunjukkan oleh Haji Misbach tentang keyakinannya. (Antohny Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern).

Baca Juga: Mahfud MD Khawatir Akan Polarisasi Politik di Indonesia

Sebagai orang yang revolusioner, ia menginginkan agar terjadi pembebasan bagi rakyat Indonesia yang selalu tertindas oleh para penguasa agar terjadi relasi yang berkeadilan sosial. Maka dari itu kemudian ia menawarkan bahwa Islam dan Komunisme ada kesamaan yang berpihak kepada kaum yang tertindas. Ia yakin Islam dan komunisme dapat dijadikan alat untuk melakukan pembebasan bagi bangsa Indonesia pada masanya.

Pemikiran Haji Misbach

Haji Misbach lahir pada 1896 di Kauman, Surakarta. Lahir dari keluarga kaya raya dan hidup berkecukupan, membuat dirinya menimpa ilmu di pesantren. Latar belakang pendidikan tersebut yang membuat dirinya sebagai seorang yang religius dan memiliki pemikiran yang modern.

Mansour Fakih dalam bukunya Agama dan Masyarakat di Era Kolonialisasis menyebutkan Haji Misbach merupakan sosok yang revolusioner, usai dirinya pulang dari tanah suci. Ia lantas bergabung di Sarekat Islam (SI), pada 1912. Ia tertarik dengan gerakan Islam anti kolonialisme atas Islam yang diusung SI.

Dalam perjalannya, Misbach aktif di berbagai organisasi pergerakan, mulai SI, Sarekat Hindia (SH), Sarekat Rakyat, hingga Partai Komunis Indonesia.

Membaca pemikiran dan perjuangan politik Haji Misbach dengan kacamata masa kini dapat dipastikan akan menimbulkan kontroversi. Hal itu wajar saja sebab hegemoni politik telah menyampaikan kekayaan intelektual Islam dengan memberikan label-label untuk mendisiplinkan sejarah pemikiran Islam yang kaya untuk menopang hegemoni politik.

Teologi Islam Untuk Keadilan Sosial

Sumber: