Idealisasi Agama dan Nasionalisme: Worldview Manusia Indonesia

Idealisasi Agama dan Nasionalisme: Worldview Manusia Indonesia

Dengan kata lain, nasionalisme Indonesia bersifat inklusif atau terbuka, tidak tertutup seperti fasisme. Atas dasar inilah, diksi-diksi seperti pribumi dan non pribumi sudah tidak lagi relevan digunakan dalam ruang publik. Semua warga yang memiliki kartu tanda penduduk Indonesia (KTP), adalah warga Indonesia Asli, meski wajahnya tampak tidak seperti orang Indonesia kebanyakan.

Worldview Manusia Indonesia

Dalam konteks kemanusiaan, sebaiknya nasionalisme tak mesti melulu dipandang dalam perspektif politik yang justru akan menimbulkan polemik lama. Sebagai alternatif, nasionalisme dapat dilihat dalam perspektif alamiah, yang merupakan fitrah bagi masyarakat manusia, sehingga prinsip kebangsaan tidak lalu menegasikan loyalitas keberagamaan.

Tak perlu dalil teks untuk menjalankan nasionalisme. Karena akal sudah mengafirmasi itu. Bahkan seekor buaya pun mencintai teritorial yang dianggap sebagai tanah airnya. So, yang masih mempertentangkan nasionalisme dan agama, perlu dipertanyakan sisi kemakhlukannya.

Baca Juga: Mengenal Museum Kebangkitan Nasional, Tempat Berdirinya Organisasi Boedi Oetomo

Bila paradigma beragama dan berbangsa kita seperti ini, tentu tak akan ada lagi narasi-narasi yang sifatnya mendikotomikan hubungan keduanya. Beragama secara ekstrem melahirkan tindakan terorisme, nasionalisme ekstrem melahirkan rasisme dan fasisme. Oleh karena itu, sikap proporsionalitas terhadap keduanya ini mesti menjadi worldview manusia Indonesia.

Sumber: