Sengkarut Masalah Polusi Jakarta: Sejarah hingga Batas Keampuhan Pohon

Rabu 03-05-2023,22:09 WIB
Reporter : Almeer al-Maliki
Editor : Almeer al-Maliki

Tanpa diduga aktivitas rutin yang dilakukan masyarakat hingga penduduk wilayah penyangga ibukota turut memperparah kondisi lingkungan Jakarta.

Penduduk Jakarta ditambah wilayah penyangga yang mayoritas menggunakan kendaraan pribadi ketika hendak beraktivitas di Jakarta menjadi salah satu faktor utama terjadinya pencemaran udara di Jakarta. Direktur Eksekutif Perhimpunan Studi Pengembangan Wilayah Syahrial Loetan pada 2018 menyampaikan setidaknya ada 18 juta kendaraan bermotor yang beredar di jalanan Jakarta.

"Dengan jumlah kendaraan bermotor lebih dari 18 juta unit, jika ditempatkan secara berjejer di seluruh jalan raya di Jakarta, maka mustahil bagi kendaraan tersebut bergerak, dengan kata Iain akan berhenti total," ujarnya.

Data Badan Pusat Statistik DKI Jakarta pada 2016 menyebutkan bahwa kendaraan bermotor di Jakarta bertambah sebanyak 5 persen per 5 tahun. Maka kurang lebih 180 ribu kendaraan bermotor setiap tahunnya hadir di Jakarta dan turut memperparah kondisi udara Jakarta, lebih-lebih jika semua kendaraan tersebut dikendarai dalam waktu yang bersamaan.

Baca Juga: Kabar Baik, Harga BBM di SPBU Pertamina Jakarta Turun

Hasil pembakaran yang dilakukan perseorangan, seperti membakar sampah hingga hasil pembakaran produksi industri-industri besar pun turut mengundang pencemaran udara di ibu kota, seperti aktivitas PLTU Pluit, Jakarta Utara tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu penyumbang besar polusi udara Jakarta.

Bahkan ini terjadi di wilayah-wilayah besar penyangga ibu kota. Salah satu pabrik semen terbesar, yakni PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk tercatat pada 2014 memiliki sembilan pabrik di Kabupaten Bogor. Hasil produksi semen yang dilakukan di wilayah penyangga ini tidak secara langsung dapat diamati oleh kita, namun arah angin yang selalu bergerak dinamis bisa membawa zat-zat berbahaya yang membaur dengan udara, dan dapat terhirup oleh manusia yang berjarak jauh sekalipun.

Solusi tidak selamanya dengan pohon

Selama ini asumsi terkait menanam pohon untuk mengurangi polusi udara yang kian bertambah buruk tidak selamanya menjadi solusi mutlak. Penelitian yang dilakukan oleh United States Environmental Protection Agency (EPA) pada 2013 menunjukkan bahwa pohon hanya mengurangi polusi partikel PM2.5 sebanyak 0.24 persen.

EPA sendiri mengartikan istilah partikel PM2.5 sebagai campuran partikel padat dan cair yang ditemukan di udara. Adapun bentuk partikel ini seperti debu, kotoran, jelaga, dan asap yang dihasilkan dari pembakaran batubara, pembakaran hutan, pembakaran biomassa seperti pertanian dan pembukaan lahan, pembuangan pembangkit listrik, dan kendaraan bermotor. Partikel udara ini hanya bisa dilihat jelas jika menggunakan mikroskop elektron.

Menjadi bahaya tersendiri bagi manusia karena partikel udara ini tidak bisa tersaring oleh alat pernafasan sehingga setiap partikel PM2.5 yang masuk ke dalam akan langsung melebur dengan komponen-komponen tubuh manusia.

Baca Juga: Katib Syuriah PWNU DKI Jakarta: Gus Ipul dan Kiai Said Tokoh NU Paling Populer Dampingi Ganjar atau Prabowo di Pilpres 2024

Kualitas udara PM2.5 menurut World Health Organization (WHO) sendiri akan baik jika berada pada level kurang dari 13 µgram per meter kubik dan dapat ditoleransi pada level kurang dari 55 µgram per meter kubik.

Akan menjadi buruk jika udara PM2.5 yang beredar di udara mencapai level lebih dari 55 µgram per meter kubik. Perlu juga diingat bahwa standar ukuran kualitas udara PM2.5 bisa berbeda-beda, satu hal yang pasti semakin tinggi level udara PM2.5 maka akan semakin buruk kualitas udara lingkungan tersebut.

Saat tulisan ini dibuat, Indeks Kualitas Udara pada IQAir per 4 Mei 2023 tercatat berada di angka 74 US AQI dengan kandungan polutan utama yakni partikel PM2.5.

Penegakan hukum yang lebih tegas terkait aktivitas perorangan maupun industri-industri besar, transportasi publik yang terelektrifikasi serta terintegrasi, intervensi terhadap kebijakan pemerintah, dan solusi-solusi lainnya menjadi sama pentingnya seperti menanam pohon di berbagai sudut ruang ibukota agar udara menjadi lebih bersih dan sehat. Bagaimanapun, udara bersih merupakan hak setiap makhluk hidup.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler