Prabowo-Gibran Unggul Dominan dalam Simulasi Pilpres Satu Putaran

Sabtu 09-12-2023,18:00 WIB
Reporter : Syahrul Ramadhan
Editor : Bustamil Arifin

SIASAT.CO.ID - Menurut survei dari New Indonesia Research & Consulting, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2, yakni Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, mendominasi dengan elektabilitas mencapai 50,5 persen dalam simulasi tiga pasangan capres-cawapres. Persaingan ketat terlihat dengan Ganjar Pranowo - Mahfud MD tertinggal jauh dengan 26,0 persen.

Pada urutan terakhir, Anies Baswedan yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar hanya meraih dukungan sebesar 15,3 persen, sementara 8,2 persen menyatakan tidak tahu/tidak jawab. Dengan hasil ini, tampaknya Pilpres 2024 berpotensi berlangsung dalam satu putaran saja.

“Dengan elektabilitas menembus 50,5 persen, pasangan Prabowo-Gibran diprediksi bakal menang pilpres dalam satu putaran,” ungkap Direktur Eksekutif New Indonesia Research & Consulting Andreas Nuryono dalam keterangannya, dikutip Sabtu (9/12/2023).

Andreas mengungkapkan perubahan yang signifikan dalam tiga bulan terakhir terkait dinamika Pilpres, menjelang konsolidasi tiga pasangan calon. Pada survei bulan September, elektabilitas Prabowo belum mencapai 40 persen dalam simulasi tiga capres.

Namun, setelah digandeng dengan Gibran, putra sulung Presiden Jokowi, dukungan terhadap Prabowo melesat tajam. Sementara itu, elektabilitas Ganjar dan Anies melorot dalam simulasi dengan banyak nama calon.

BACA JUGA:Relawan Posnas Prabowo Deklarasikan Dukungan untuk Pilpres 2024

“Pemilihan figur cawapres lebih banyak mendongkrak elektabilitas Prabowo alih-alih Ganjar maupun Anies. Majunya Gibran berpasangan dengan Prabowo mempertegas sikap Jokowi dengan mengarahkan dukungan kepada pasangan nomor urut dua," tandas Andreas

Sebelumnya, arah politik Jokowi masih terkesan abu-abu, meskipun cenderung mendukung Prabowo, mantan rival dua kali pemilu yang kini bergabung ke dalam pemerintahan dan menjabat Menteri Pertahanan.

Keinginan Jokowi untuk menggabungkan sosok Prabowo dengan Ganjar kandas, seiring mengkristalnya sikap PDIP untuk mengusung capres-cawapresnya sendiri. “Ganjar yang sebelumnya didukung Jokowi lebih bersikap loyal terhadap partai,” lanjut Andreas.

Jokowi menginginkan kepemimpinan nasional usai dirinya tidak lagi menjabat bisa menjamin keberlanjutan program. “Berbeda dengan Jokowi yang mampu menjaga independensi, Ganjar lebih banyak tunduk atau bertindak layaknya petugas partai,” jelas Andreas.

Bukan tidak mungkin, kata Andreas, warisan program Jokowi akan dihitung ulang berdasarkan sikap partai-partai pengusung, dan Ganjar hanya akan mengikuti garis partai ketimbang bertindak dengan wawasannya sendiri.

BACA JUGA:Prabowo Kembali Masuk Kerja sebagai Menteri Pertahanan, Gibran Kampanye di Tangerang

“Lebih-lebih dengan kubu Anies yang sejak awal menggaungkan perubahan, meskipun kini wacananya pelan-pelan meredup,” terang Andreas. Koalisi Perubahan pengusung Anies kini didominasi partai-partai dari pemerintah, setelah Demokrat bergabung mendukung Prabowo.

Makin tegasnya arah dukungan Jokowi juga membangkitkan reaksi sangat keras dari kubu PDIP dan Ganjar. “Serangan mulai dari soal politik dinasti, pengkhianatan keluarga Jokowi, hingga kebijakan pemerintah terus dilancarkan oleh elite PDIP dan koalisi,” ujar Andreas.

Perpecahan antara Jokowi dan PDIP pun tak terhindarkan, setelah keduanya seiring sejalan sejak Jokowi menjabat walikota Solo pada 2005 silam. “Dukungan Jokowi terhadap Prabowo juga memanaskan hubungan PDIP dan Gerindra yang naik turun sejak 2009,” kata Andreas.

Kategori :

Terpopuler