Ekonomi dan Politik Nasional Kacau, Faisal Basri: Jokowi Biangnya

Ekonomi dan Politik Nasional Kacau, Faisal Basri: Jokowi Biangnya

Pengamat ekonomi dan politik, Faisal Basri, memprediksi Prabowo Subianto akan bersikap independen jika terpilih sebagai Presiden.--Foto: YouTube Krapu TV

SIASAT.CO.ID - Pengamat ekonomi dan politik, Faisal Basri, memprediksi Prabowo Subianto akan bersikap independen jika terpilih sebagai Presiden. Hal ini disampaikannya dalam podcast bersama Danang Girindrawardana di Krapu TV, yang juga mengundang Tengku Zanzabella dan Habib Salim bin Sholahuddin Jindan pada 9 Mei 2024.

Menurut Faisal, koalisi antara Prabowo dan Joko Widodo (Jokowi) adalah strategi Prabowo untuk memenangkan Pilpres 2024 setelah kalah pada 2014 dan 2019.

"Pak Prabowo sendiri adalah orang yang rasional, punya jati diri dan wawasan luas. Ia ingin punya legacy namun tersandung oleh Jokowi yang beberapa tahun lalu disebut curang oleh Prabowo. Tak ada cara lain untuk menang kecuali dengan merangkul Jokowi," ujar Faisal Basri.

Faisal juga menambahkan bahwa untuk memperkuat dukungan, Prabowo menggandeng putra Jokowi, Gibran. Namun, Faisal menilai langkah ini sebagai cara yang "kotor" untuk meraih kekuasaan.

"Jika Prabowo menuduh Jokowi melakukan kecurangan agar menang di pilpres yang lalu, hal serupa juga dilakukan oleh Prabowo ketika ia merangkul anak Jokowi untuk memenangkan pilpres," katanya.

BACA JUGA:Kesal Bosnya Disebut ‘Conflict of Interest’ Ngabalin: Namamu Islam Faisal Basri Tapi Hatimu…

Hubungan Tak Sehat

Faisal menyebut hubungan antara Prabowo dan Jokowi saat ini tampak manis karena "jasa Jokowi" dalam pemenangan Prabowo.

Namun, ia meragukan kemesraan ini akan bertahan lama. "Prabowo tak ingin jadi presiden dengan bayang-bayang Jokowi di belakangnya," kata Faisal.

Habib Salim Jindan menilai taktik Prabowo adalah memanfaatkan popularitas Jokowi untuk meraih kekuasaan.

"Kalau memang dia (Prabowo) ingin menjadi presiden dengan mengakali Presiden dan juga presiden mengakali Prabowo dengan menaruh anaknya di sana, berarti keduanya haus kekuasaan dong? Mau dibawa kemana Indonesia," kata Habib Salim Jindan.

Tengku Zanzabella menambahkan bahwa kedua tokoh tersebut saling mengakali untuk tetap berkuasa. Ia juga menyebut jika suara parlemen 90% memihak pemerintah, demokrasi di parlemen akan kehilangan maknanya.

BACA JUGA:Prabowo-Gibran Unggul, Pakar: Perlu Rekonsiliasi Nasional untuk Pertumbuhan Ekonomi

Pecah Kongsi

Sumber: