Wamenkes: DBD Sering Tertunda Penanganannya karena Dianggap Demam Biasa

Kamis 18-01-2024,12:00 WIB
Reporter : Habibi Abdillah
Editor : Rio Alfin

SIASAT.CO.ID - Wakil Menteri Kesehatan, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, SpPD-KEMD, Ph.D, berpendapat bahwa demam yang sebenarnya merupakan tanda demam berdarah dengue (DBD) seringkali dianggap sebagai demam biasa, sehingga pasien terlambat dibawa ke rumah sakit.

Dalam video sambutan pada acara "Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue/DBD" di Jakarta pada Rabu kemarin, Dante mengatakan, "Yang tadinya dianggap sebagai demam biasa, sebenarnya merupakan kasus demam berdarah."

Angka kematian akibat DBD mencapai 1-50 hingga 50-122. Salah satu faktor yang menyebabkan kematian akibat DBD adalah keterlambatan pasien dalam mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Dante merujuk pada data Kementerian Kesehatan yang menunjukkan situasi dengue di Indonesia dengan jumlah kasus mencapai 98.071 pada tahun 2023, dengan 764 kematian. Pada tahun 2022, terdapat 143.176 kasus dengan angka kematian sebanyak 1.236.

Pemerintah, tambahnya, telah melakukan berbagai upaya pengendalian dengue, mulai dari penggunaan larvasida sejak tahun 1980-an, fogging (pengasapan) sejak tahun 1990-an, hingga program Jumantik pada tahun 2000-an.

BACA JUGA:Cuaca Panas, Ini 3 Resep Minuman Segar untuk Hilangkan Dahaga

"Kami berharap dapat mengimplementasikan upaya-upaya yang lebih maju, lebih baik, dan lebih dini dalam mengatasi demam berdarah dengue di masa yang akan datang," ujar Dante.

Prof. Dr. dr. Erni Juwita Nelwan, SpPD-KPTI, Ph.D, seorang dokter dari Perhimpunan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, menjelaskan bahwa demam pada DBD dapat berlangsung selama beberapa hari kemudian membaik, sehingga seringkali dianggap sembuh oleh pasien.

Kondisi ini dapat menyebabkan penanganan yang tertunda dan berkontribusi pada kasus yang lebih berat.

"Yang perlu dicurigai adalah demam yang muncul secara tiba-tiba, misalnya pagi masih beraktivitas olahraga, lalu tiba-tiba sore harinya mengalami demam tinggi, disertai sakit kepala yang luar biasa, dan ketika diperiksa ditemukan pembesaran hati," kata Erni.

Anak-anak dianggap rentan terkena DBD, dan angka kematian akibat DBD lebih banyak terjadi pada kelompok usia 5-16 tahun.

BACA JUGA:Mengenal Es Selendang Mayang, Minuman Kuno Khas Betawi

Pada orang dewasa, kasus DBD dapat menjadi lebih berat akibat adanya penyakit penyerta seperti hipertensi dan diabetes.

Kategori :

Terpopuler