Mengenal Museum Kebangkitan Nasional, Tempat Berdirinya Organisasi Boedi Oetomo

Selasa 07-02-2023,10:03 WIB
Reporter : Habibi
Editor : Habibi

SIASAT.CO.ID - Tanggal 20 Mei masyarakat Indonesia memperingatinya sebagai hari Kebangkitan Nasional. Peringatan ini dicanangkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 20 Mei 1948 mengacu pada peristiwa berdirinya organisasi Boedi Oetomo pada 20 Mei 1908 sebagai hari bangkitnya nasionalisme Indonesia. Tempat berdirinya organisasi Boedi Oetomo yang dulunya merupakan sekolah kedokteran, sekarang dijadikan sebuah Museum yang bernama Museum Kebangkitan Nasional.  

Museum Kebangkitan Nasional menempati sebuah komplek bangunan bersejarah yang dibangun pada tahun 1899 di atas tanah seluas 15.742 m2. Bangunan tersebut pada awalnya diperuntukkan sebagai gedung sekolah dan asrama School tot Opleiding van Inlandshe Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Bumiputra. Konstruksi gedung STOVIA terlihat sangat kokoh karena bangunannya terdiri atas susunan tembok yang tebal.

STOVIA merupakan penyempurnaan dari sistem pendidikan kedokteran Sekolah Dokter Jawa yang didirikan pada tahun 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreeden (sekarang Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto). Lulusan Sekolah Dasar Jawa menyandang gelar Dokter Jawa dan dipekerjakan sebagai mantri cacar atau pembantu dokter di Rumah Sakit.

Sekolah Dokter Jawa menempati salah satu bangunan yang ada dalam rumah sakit militer, karena pengajarnya merangkap sebagai dokter di rumah sakit tersebut. Aktifitas pendidikan dan asrama Sekolah Dokter Jawa yang berlangsung setiap hari dinilai mengganggu kenyamanan rumah sakit, karena itu dewan pengajar memutuskan untuk memindahkannya dari lingkungan rumah sakit militer Weltevreden.

Tahun 1899 Direktur Sekolah Dokter Jawa Dokter H.F. Roll, mulai melaksanakan pembangunan gedung baru di samping rumah sakit militer Kegiatan pembangunan gedung sempat terhenti karena kekurangan biaya,karena itu Dokter H.F. Roll berjuang keras mengumpulkan dana untuk membiayai pembangunan gedung tersebut. Berkat bantuan pengusaha perkebunan dari Deli,pembangunan gedung dan asrama pelajar kedokteran dapat diselesaikan pada bulan September 1901.

Tanggal 1 Maret 1902 gedung tersebut secara resmi digunakan untuk pendidikan kedokteran dan asrama yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas yang dibutuhkan oleh penghuninya.Gedung baru tersebur menjadi tempat belajar. dan tempat tinggal yang menyenangkan,karena lingkungan sekitar gedung sangat asri. Halaman gedung dipenuhi hamparan rumput diselingi dengan taman-taman yang indah.

Pemanfaatan gedung baru menandai terjadinya perubahan dalam sistem pendidikan kedokteran di Hindia Belanda,Sekolah Dokter Jawa diganti menjadi School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) atau Sekolah Dokter Bumiputra dengan masa pendidikan 9 tahun.Kurikulum pendidikan di STOVIA disesuaikan dengan School Voor Officieren van gezondeid di Utrech,sehingga lulusan STOVIA diharapkan sama dengan lulusan sekolah serupa di Eropa. Pelajar STOVIA yang sudah menyelesaikan pendidikannya mendapatkan gelar Inlandsch Arts atau dokter Bumiputra.Mereka diangkat menjadi pegawai pemerintah dan ditempatkan di daerah-daerah terpencil untuk mengatasi berbagai macam penyakit menular. Dokter-dokter muda ini akan dibekali dengan tas kulit yang berisi alat-alat kedokteran dan uang saku untuk perjalanan menuju lokasi tugas.

Tanah yang digunakan untuk membangun gedung STOVIA berbentuk persegi panjang yang tidak sempurna. Bangunan di bagian timur dimanfaatkan untuk kantor direktur, kantor dewan pengajar,tata usaha,poliklinik dan ruang kelas. Bangunan di bagian utara,barat, dan selatan dimanfaatkan sebagai asrama yang dilengkapi dengan kamar mandi. Pada bagian tengah halaman terdapat tiga bangunan yang dimanfaatkan untuk praktek fisika dan kimia, kegiatan senam (gymnastic) dan ruang rekreasi.

STOVIA menjadi lembaga pendidikan pertama yang menjadi tempat berkumpulnya para pelajar dari berbagai wilayah,karena pemerintah memberi kesempatan yang sama untuk menjadi pelajar STOVIA kepada semua anak bumiputera yang memenuhi syarat. Pelajar STOVIA umumnya memiliki kecerdasan yang cukup tinggi,karena persyaratan untuk masuk menjadi pelajar STOVIA harus melalui proses yang ketat dan selektif. Anak-anak yang sudah diterima menjadi pelajar STOVIA harus tinggal dalam asrama yang dipimpin oleh seorang pegawai Indo-Belanda yang disebut dengan suppoost. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan asrama STOVIA menjadi media untuk mempelajari adat istiadat suku bangsa lain, sehingga tercipta suasana saling memahami perbedaan kehidupan sosial dan kebudayaan. Rasa persaudaraan antar penghuni asrama sudah mulai lahir, mereka sudah tidak lagi memperdulikan perbedaan etnis,budaya atau agama.

Seiring dengan perkembangan zaman gedung STOVIA dianggap tidak representatif lagi untuk dijadikan sebagai tempat pendidikan dokter,karena itu pemerintah Hindia Belanda membangun gedung baru di Salemba yang bernama Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting(sekarang menjadi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo).Gedung tersebut menjadi tempat pendidikan kedokteran merangkap rumah sakit, peralatan kedokteran yang ada di dalamnya sama dengan yang ada di Eropa. Mulai bulan Juli 1920 kegiatan pendidikan STOVIA pindah ke gedung baru di Salemba,ruang-ruang kelas yang ada dimanfaatkan sebagai tempat belajar Sekolah Asisten Apoteker.Pelajar STOVIA diberikan kebebasan untuk memilih tempat tinggal di asrama STOVIA atau kos di rumah penduduk yang ada di daerah sekitar Salemba.

Tahun 1926 gedung STOVIA tidak lagi dimanfaatkan untuk kegiatan pendidikan, semua aktifitas pendidikan kedokteran dipindahkan ke Salemba termasuk asrama para pelajarnya. Pemerintah kolonial Hindia Belanda kemudian memantankan gedung STOVIA sebagai tempat pendidikan sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang berarti pendidikan dasar lebih luas atau setara dengan SMP di masa sekarang.

Gedung STOVIA menjadi salah satu tempat bersejarah yang harus dilestarikan keberadaannya,karena menjadi tempat lahir dan berkembangnya kesadaran nasional sebagai satu bangsa. Gedung STOVIA juga menjadi tempat didirikannya Perkumpulan pergerakan modern pertama Boedi Oetomo yang mampu mengubah bentuk perjuangan yang semula mengandalkan kekuatan fisik, diganti dengan perjuangan dengan kekuatan pemikiran. Mengingat banyaknya peristiwa-peristiwa sejarah penting terjadi dalam gedung STOVIA, pemerintah daerah DKI Jakarta sejak tahun 1970 sudah berencana untuk mengembalikan kondisi gedung seperti bentuk aslinya. Rencana tersebut tidak bisa segera direalisasikan, karena gedung STOVIA sudah dijadikan sebagai tempat hunian masyarakat Ambon bekas tentara KNIL Belanda.Kegiatan pemugaran gedung STOVIA bisa dilaksanakan setelah masyarakat yang tinggal di dalamnya dipindahkan oleh pemerintah ke komplek perumahan di daerah Cengkareng-Jakarta Barat.

Pada April 1973 pemugaran gedung STOVIA mulai dilakukan oleh Dinas Sejarah dan Museum DKI Jakarta. Kondisi dan bentuk bangunan dikembalikan ke bentuk semula, sehingga masyarakat bisa melihat dan merasakan suasana gedung STOVIA seperti pada saat masih digunakan untuk mendidik calon dokter. Kegiatan pemugaran gedung STOVIA melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti arkeologi,sejarah, dan arsitektur. Peresmian kembali penggunaan gedung STOVIA sebagai tempat kegiatan para pemuda dilaksanakan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Mei 1974, bersamaan dengan kegiatan Hari Kebangkitan Nasional.Gedung STOVIA diubah namanya menjadi Gedung Kebangkitan Nasional,yang pengelolanya diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta.

Gedung STOVIA menjadi salah satu tempat bersejarah yang harus dilestarikan keberadaannya,karena menjadi tempat lahir dan berkembangnya kesadaran nasional sebagai satu bangsa. Gedung STOVIA juga menjadi tempat didirikannya Perkumpulan pergerakan modern pertama Boedi Oetomo yang mampu mengubah bentuk perjuangan yang semula mengandalkan kekuatan fisik, diganti dengan perjuangan dengan kekuatan pemikiran. Mengingat banyaknya peristiwa-peristiwa sejarah penting terjadi dalam gedung STOVIA, pemerintah daerah DKI Jakarta sejak tahun 1970 sudah berencana untuk mengembalikan kondisi gedung seperti bentuk aslinya. Rencana tersebut tidak bisa segera direalisasikan, karena gedung STOVIA sudah dijadikan sebagai tempat hunian masyarakat Ambon bekas tentara KNIL Belanda.Kegiatan pemugaran gedung STOVIA bisa dilaksanakan setelah masyarakat yang tinggal di dalamnya dipindahkan oleh pemerintah ke komplek perumahan di daerah Cengkareng-Jakarta Barat.

Pada April 1973 pemugaran gedung STOVIA mulai dilakukan oleh Dinas Sejarah dan Museum DKI Jakarta. Kondisi dan bentuk bangunan dikembalikan ke bentuk semula, sehingga masyarakat bisa melihat dan merasakan suasana gedung STOVIA seperti pada saat masih digunakan untuk mendidik calon dokter. Kegiatan pemugaran gedung STOVIA melibatkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti arkeologi,sejarah, dan arsitektur. Peresmian kembali penggunaan gedung STOVIA sebagai tempat kegiatan para pemuda dilaksanakan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Mei 1974, bersamaan dengan kegiatan Hari Kebangkitan Nasional.Gedung STOVIA diubah namanya menjadi Gedung Kebangkitan Nasional,yang pengelolanya diserahkan kepada pemerintah DKI Jakarta.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler