KTT ASEAN 2023 dan Tantangan Indonesia Hadapi Disrupsi Geopolitik

Senin 20-03-2023,17:10 WIB
Reporter : Alfin Pulungan
Editor : Alfin Pulungan

Oleh: Muhammad Sutisna

(Co-Founder Forum Intelektual Muda)

SIASAT.CO.ID - Setelah sukses menjadi Presidensi G20 yang dilaksanakan di Bali pada akhir 2022 silam, tampaknya Indonesia tak henti mendapatkan kepercayaan dari dunia internasional. Terbukti pada 2023 ini, Indonesia resmi menyandang sebagai Ketua ASEAN.

Forum tertinggi tingkat regional Asia Tenggara ini akan digelar di Indonesia tepatnya di Bajo pada bulan Mei, serta Jakarta pada bulan September 2023. Tentu bukan posisi yang mudah bagi Indonesia mendapatkan kepercayaan ini. Terlebih dunia hari ini masih diliputi ketidakpastian efek dari berbagai macam gejolak yang ada, mulai dari pandemi hingga Perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai.

Seperti yang diungkapkan Presiden Joko Widodo dalam sambutannya pada acara Rabithah Melayu Banjar di Tabalong beberapa waktu silam, menjelaskan begitu suramnya situasi global hari ini yang dilanda berbagai macam masalah. Namun, semua mesti sadar bahwa ekonomi bangsa ini harus terus tumbuh. Kita sebagai bangsa yang kuat akan bisa melewati masa masa ini. Oleh karena itu, semangat ini pula yang perlu ditularkan ke seluruh anggota ASEAN.

Beberapa hari lalu kita juga dikejutkan dengan tumbangnya Silicon Valley yang merupakan deretan Bank besar yang ada di Amerika Serikat.

Baca Juga: Israel Gigit Jari, Usai Iran dan Arab Saudi Kini Kembali Kantor Perwakilan

Bank yang didirikan pada 17 Oktober 1983 ini dikenal sebagai Bank yang loyal dalam membiayai perkembangan start up dan memiliki aset sebesar 212 miliar dolar AS (per kuartal IV 2022), serta memiliki 29 cabang di 9 negara. Namun, mereka terpaksa gulung tikar akibat tak kuat menahan kontraksi besar efek dari pandemi, di mana banyaknya perusahaan start up yang tumbang sepanjang 2022.

Selain itu, di kawasan Asia Tenggara sendiri juga tak kalah peliknya, yakni permasalahan konflik di Laut China Selatan yang melibatkan Amerika dan China serta beberapa negara di Asia Tenggara. Bahkan China tidak menunjukkan tanda-tanda untuk mengurangi penumpukan atau menyusutkan kehadirannya, dan menambah kompleksitas ke salah satu wilayah paling dinamis di dunia.

Permasalahan lainnya ditingkatkan regional Di Asia Tenggara adalah agresi Junta Militer Myanmar yang belum kunjung usai selama hampir dua tahun ini yang berdampak pada rusaknya iklim demokrasi di ASEAN. Hingga saat ini negara-negara ASEAN belum mampu memecahkan kebuntuan yang ada. Di sisi lain, korban sipil terus berjatuhan akibat tak sepaham dengan pemerintahan ala militer di Myanmar tersebut.

Beberapa peristiwa yang saya gambarkan di atas semakin memperjelas terjadinya disrupsi geopolitik hari ini, dan menjadi pekerjaan berat bagi Indonesia selaku tuan rumah untuk bisa mengurai berbagai permasalahan yang ada agar tak berdampak luas bagi stabilitas politik di Indonesia maupun ASEAN.

Baca Juga: Ekonomi RI Sepanjang 2022 Alami Pertumbuhan Signifikan hingga 5,31%

Lalu apa yang harus dilakukan oleh Indonesia agar negara-negara di ASEAN bisa terlepas dari disrupsi geopolitik hari ini?

Bila kita berkaca dari pertumbuhan ekonomi RI sepanjang 2022, tampak mengalami pertumbungan yang signifikan. Ekonomi Tanah Air tahun lalu tumbuh sebesar 5,31 persen, lebih tinggi dibanding capaian tahun 2021 yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,70 persen. Menariknya, pertumbuhan ini menjadi yang terbesar setelah Indonesia menjadi negara yang paling terdampak dari terjadinya pandemi Covid-19.

Walau tak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi pada negara ASEAN lainnya seperti Vietnam, Malaysia, serta Filipina yang di atas 7 persen, masih ada harapan bagi Indonesia untuk bisa menjadi katalisator pertumbungan ekonomi dunia bersama negara-negara ASEAN lainnya.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler