Suku Bunga The Fed Naik, Jangan Panik. Ini Sektor Investasi Paling Bergairah

Suku Bunga The Fed Naik, Jangan Panik. Ini Sektor Investasi Paling Bergairah

(Sesi foto setelah diskusi Tumbuh Makna dengan tema “Pengaruh Kenaikan Suku Bunga The Fed Terhadap Ekonomi Global dan Indonesia” di Jakarta)--

“Berdasarkan data riset yang Tumbuh Makna peroleh, ekonomi kuartal II 2023 PDB kita 5,17%. IMF menyatakan bahwa maksimal pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan bertumbuh maksimal 3%, itu sudah cukup bagus bagi ekonomi domestik kita. Itu sudah cukup baik di tengah kondisi tekanan ekonomi global. Kedua, data inflasi awal bulan sudah diumumkan, dan hasilnya inflasi harga konsumen lebih rendah dari kuartal sebelumnya yakni dari 3,52% ke 3,08% (yoy),” kata Benny. 

BACA JUGA: Pemilu 2024 Diprediksi Akan Berikan Dampak Positif Bagi Pertumbuhan Ekonomi Nasional

Untuk itu, pada kondisi seperti ini, Benny melihat masih terdapat peluang investasi yang sangat menarik.  

“Untuk peluang, kami melihat ada di pasar saham dan pasar obligasi, valuasinya juga masih sangat menarik. Tantangannya adalah investor hanya perlu lebih bersabar. Sebab kita lihat di semester I, Indeks Harga Saham Gabungan  stagnan, sementara di semester kedua ini lah kami melihat akan sangat menarik,” ujar Benny. 

Lalu mengapa IHSG bisa menarik dan perlu ditunggu investor? Benny melihat peluang IHSG akan naik kembali terbuka.

“Jadi di semester II, kami melihat peluang naiknya IHSG sangat terbuka. Yang pertama karena penurunan harga komoditas sudah terbatas. Kedua, karena adanya kegiatan domestik yang disinyalir akan meningkat, sebab KPU dan DPR hingga pemerintah sendiri sudah menyetujui budget Pemilu sekitar Rp 76 triliun. Itu tentunya memiliki dampak positif bagi ekonomi kita, sehingga akan mengerek positif di dalam IHSG. Ketiga, tingkat inflasi kita cukup terkendali. Dan keempat, kenaikan suku bunga diperkirakan sudah mencapai puncaknya,” tutur Benny. 

Benny optimistis bahwa IHSG akan menguat. Analisa ini diperkuat berdasarkan riwayat data IHSG jelang pemilu di tahun politik.

BACA JUGA: Hendropriyono Hibahkan Tanah 150 Hektare Untuk KBWJI: Sebagai Iplementasi Ekonomi Pancasila

“Berdasarkan data yang kami kumpulkan. Biasanya 6 bulan sebelum pemilu, IHSG itu mengalami kenaikan. Ini pernah terjadi misalnya di tahun 2014 dan 2019. Dimana pada tahun 2014, 6 bulan sebelum pemilu, IHSG mengalami kenaikan 19,6%, lalu pada tahun 2019 pun IHSG mengalami kenaikan 11,7%. Memang tidak ada jaminan ini akan berulang, tapi polanya selalu seperti itu. Untuk itu, kami optimistis di semester II ini, IHSG bisa mengalami kenaikan,” ungkap Benny.

Ia pun meyakini bahwa pasar obligasi akan naik dan itu merupakan kesempatan yang mesti dimanfaatkan oleh para investor.

“Tumbuh Makna melihat ada ruang untuk Bank Indonesia di awal tahun 2024 untuk menurunkan tingkat suku bunga. Kami ambil benchmark-nya, untuk surat utang negara (SUN) Seri 10 tahun, saat ini yield-nya berada pada posisi 6,3% dan kami melihat tahun depan itu bisa di posisi 6,1%. Jadi ada potensi kenaikan harga obligasi. Ada kesempatan dan peluang untuk dimanfaatkan menjadi keuntungan. Ke depan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup terjaga di atas 5%, bahkan walaupun turun di angka 4,8% atau 4,9%, kami masih melihat peluang investasi, khususnya di equity dan obligasi,” kata Benny menganalisa. 

 

Sumber: