BNPT Bahas Isu Strategis Akhir Tahun, Fokus pada Perayaan Natal dan Tahun Baru

BNPT Bahas Isu Strategis Akhir Tahun, Fokus pada Perayaan Natal dan Tahun Baru

Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi Rycko Amelza Dahniel di Jakarta, Selasa malam (19/12) saat membuka Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) VII.--Foto: ANTARA/iskandar Zulkarnaen.

SIASAT.CO.ID - Pada pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) VII, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komisaris Jenderal Polisi Rycko Amelza Dahniel, menyampaikan enam isu penting termasuk perayaan Natal 2023 dan tahun baru 2024.

Rakornas ini dihadiri oleh pengurus forum mitra strategis BNPT dari 34 provinsi di Indonesia.

"Isu kedua adalah Pilpres pada Februari 2024, yang perlu berjalan aman dan damai tanpa serangan teroris," kata Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel, dikutip Rabu (20/12/2023).

Selain itu, isu ketiga membahas langkah strategis agar masyarakat tidak mudah terpancing oleh isu terkait Gaza.

"Isu keempat membahas pola serangan yang awalnya menggunakan 'hard approach' berubah menjadi 'soft approach', dengan data grafik menunjukkan penurunan serangan terorisme. Perlu kewaspadaan agar tidak terlena karena mereka mengubah pola serangannya," ungkapnya.

BACA JUGA:Terduga Teroris di Pasar Kemis Tangerang Dikenal Sosok Dermawan oleh Tetangga

Rycko mengungkapkan sejumlah isu terkini terkait terorisme dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) VII.

Menurutnya, grafik serangan menurun karena kelompok paham kekerasan mengubah pola pendekatan, memperkuat sel atau jaringan, dan menunggu momen tepat untuk melancarkan serangan.

Isu kelima yang disoroti adalah meningkatnya radikalisme di kalangan kelompok rentan, termasuk perempuan, anak-anak, dan remaja.

Terakhir, Komjen Pol Rycko Amelza Dahniel menekankan pentingnya meningkatkan rasa kepedulian dan partisipasi publik untuk menciptakan resiliensi masyarakat.

"Resiliensi adalah ketahanan psikologis untuk mengatasi krisis secara mental dan emosional. Pola serangan kelompok paham kekerasan ini berawal dari intoleransi, berujung ke radikalisme dan terorisme," paparnya.

BACA JUGA:Bekas Narapidana Teroris Arif Nyesel Belajar Agama Lewat Internet

BNPT mengajak semua pihak untuk meningkatkan peran aktif dalam melawan radikalisme dan terorisme, karena kerjasama lintas sektor sangat diperlukan untuk mencapai efektivitas yang maksimal.

Sumber: