Hari Vape Nasional 2024, APVI Soroti Perkembangan Regulasi Vape

Hari Vape Nasional 2024, APVI Soroti Perkembangan Regulasi Vape

APVI dalam Peringatan Hari Vape Nasional 2024--

SIASAT.CO.ID - Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI) bersama masyarakat pengguna rokok elektronik mengajak pemerintah untuk lebih memahami pertumbuhan dan perkembangan industri vape yang merupakan produk inovasi tembakau dan dapat menjadi opsi bagi masyarakat dan pemerintah untuk menekan dampak buruk dari rokok. Dengan regulasi yang memadai dan berlandaskan pengetahuan, manfaat pengurangan faktor risiko dari produk inovasi ini akan semakin terasa. 

Imbauan tersebut disampaikan pada acara diskusi yang bertemakan “Apa Cerita Banten” sekaligus pelantikan DPW dan DPD APVI Banten 2024 yang bertepatan di Hari Vape Nasional pada 18 Juli 2024, Cafe Resto Roastery, Tanggerang. 

APVI menyoroti berbagai potensi perubahan regulasi yang akan berdampak signifikan pada industri vape di Indonesia. Salah satu perubahan utama yang dibahas adalah RPP Kesehatan yang sedang disusun oleh Kementerian Kesehatan. Peraturan ini mencakup pengurangan volume kemasan dari 15, 30, dan 60 ml menjadi 10 dan 20 ml untuk jenis Rokok Elektronik (REL) cair terbuka, serta pembatasan volume dari 6 ml menjadi 2 ml untuk jenis REL cair tertutup. 

Selain itu, beberapa potensi kebijakan lain yang menjadi kekhawatiran dari APVI antara lain pengaplikasian peringatan kesehatan bergambar seperti yang ada pada rokok konvensional, potensi pelarangan perasa pada produk, pelarangan iklan pada media sosial serta pelarangan penjualan produk vape dalam radius 200 meter di sekitar sekolah dan tempat bermain anak.

BACA JUGA: 25 Tahun Kiprah di Indonesia, Acer Terus Dorong Kemajuan Industri dan Bisnis Nasional

Selain RPP Kesehatan, APVI juga menyampaikan kekhawatiran industri dengan adanya rencana kenaikan cukai yang akan dilakukan tahun 2025. Hal ini mengingat bahwa selain kenaikan cukai, akan berlaku pula kenaikan untuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN) bagi hasil tembakau. APVI meyakini, dua kenaikan ini akan menjadi beban ganda bagi industri di tahun depan. 

Ketua Umum APVI periode 2023–2026, Budiyanto atau yang kerap dipanggil Budi JVS, menekankan bahwa dengan pengetahuan dan penelitian yang ada, seharusnya pemerintah dapat lebih bijak membuat kebijakan yang berlandaskan fakta dan penelitian sehingga aturan yang baru tidak menghilangkan manfaat produk inovasi vape sebagai langkah pengurangan faktor risiko dari produk rokok.

“Kami ingin menggarisbawahi pentingnya regulasi vape yang didasarkan pada data dan penelitian ilmiah. Kami mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan hasil riset yang telah menunjukkan bahwa vape adalah produk alternatif dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan rokok tradisional. Sayangnya, kami melihat adanya regulasi yang dibuat tanpa melalui langkah-langkah ilmiah yang memadai," kata Budi

Budi juga menjelaskan bahwa risiko kesehatan tiap produk tembakau berbeda, terutama antara produk yang dibakar dan tidak. Sudah banyak kajian di luar negeri yang mengindikasikan vape memiliki risiko lebih rendah daripada produk tembakau konvensional. Namun demikian, sangat disayangkan jika regulasi yang dibuat nantinya justru menghambat manfaat vape sebagai alternatif produk rendah risiko dari produk rokok konvensional. Hal ini ditambah belum banyaknya kajian ilmiah dalam negeri yang dapat mendukung perumusan kebijakan yang berbasis bukti.

BACA JUGA: Optimisme BI: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tetap Positif di 2024

“Padahal, berdasarkan berbagai penelitian seperti Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat, vape memiliki potensi untuk mengurangi risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok konvensional. Kami berharap pemerintah dapat mengkaji kembali regulasi tersebut dengan melibatkan bukti-bukti ilmiah agar kebijakan yang diambil dapat memberikan manfaat optimal bagi masyarakat,” ujar Budi.

Lebih lanjut, persepsi yang kurang baik tentang vape disebut menjadi penghambat adanya regulasi yang progresif terkait produk inovasi ini. Bahkan, sering terjadi penyebaran informasi yang kurang tepat yang justru kontra produktif dengan tujuan pengurangan risiko dalam produk tembakau. Regulasi yang menyulitkan produk alternatif rendah risiko justru akan membuat masyarakat kembali terpapar produk dengan risiko lebih tinggi.

“Kurang baiknya persepsi yang terbentuk tentang vape menurunkan kepercayaan para pemangku kepentingan terlepas pada fakta penelitian. Padahal, studi Public Health England menunjukkan secara jelas, vape memiliki risiko lebih rendah hingga 95 persen,” kata Garindra Kartasasmita selaku Sekretaris Jenderal APVI.

APVI meyakini prinsip-prinsip saintifik adalah fondasi dari perumusan kebijakan publik yang seimbang. APVI terbuka apabil lembaga-lembaga penelitian di Indonesia ingin berkolaborasi meneliti produk vape. Budi menambahkan, “Kami mendorong adanya lebih banyak forum untuk berkumpul dan berdiskusi antara pelaku dan pegiat industri vape, akademisi, serta pemerintah. Kolaborasi terus-menerus diperlukan agar produk vape dapat menarik lebih banyak perokok dewasa untuk beralih," kata Rhomedal Aquino selaku Bendahara Umum APVI.

Sumber: