Peneliti Ingatkan Agar Tak Terkecoh dengan Banyaknya Like Medsos Terkait Capres

Peneliti Ingatkan Agar Tak Terkecoh dengan Banyaknya Like Medsos Terkait Capres

Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (tengah) menyampaikan pendapat disaksikan capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (kiri) dan capres nomor urut 1 Anies Baswedan saat adu gagasan dalam Debat Ketiga Capres Pemilu 2024 di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (7/1/--Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra.

SIASAT.CO.ID - Peneliti politik dari The Indonesian Institute (TII) mengingatkan pasangan calon untuk tidak terjebak dalam bias ekosistem media sosial (medsos) dan harus waspada terhadap akun palsu yang dikelola oleh oknum.

"Jangan sampai kita terjebak dalam hiper-realitas, di mana segalanya terasa palsu. Jangan berpikir bahwa ketika kita melakukan siaran langsung, apa yang kita lakukan secara langsung ditonton oleh jutaan orang atau mendapatkan ribuan like, itu mencerminkan realitas yang sebenarnya. Karena dalam konteks media sosial, terdapat banyak akun yang sifatnya dikloning," kata Manajer Riset dan Program TII, Arfianto Purbolaksono, kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

Menanggapi peran aktif sejumlah calon presiden dalam media sosial, Arfianto menekankan bahwa calon presiden dan wakil presiden tidak boleh terlalu terpaku pada jumlah penonton atau like, karena hal tersebut tidak selalu mencerminkan realitas yang sebenarnya.

Dia memberikan contoh bahwa meskipun satu juta orang menonton atau mengikuti akun media sosial pasangan calon, hanya sebagian kecil dari jumlah tersebut yang benar-benar memiliki akun dan niat untuk berinteraksi dengan para politisi tersebut.

Hal ini disebabkan oleh kemudahan dalam pembuatan akun di media sosial, yang memungkinkan seseorang mengelola beberapa akun sekaligus.

BACA JUGA:Gandrungnya Konten Mualaf di Medsos Pertanda Keberislaman yang Norak

"Seseorang dapat mengoperasikan 10 akun misalnya. Akun-akun tersebut bisa berpartisipasi dalam siaran langsung, sehingga terlihat banyak penonton, padahal hanya satu orang," tambahnya.

Arfianto juga menyebut kemungkinan lain di mana puluhan akun dikelola oleh tim sukses masing-masing pasangan calon, yang kemudian membentuk pasukan siber untuk memperbanyak interaksi dalam kampanye politik mereka.

Namun demikian, Arfianto mengakui bahwa media sosial tetap dapat memberikan dampak positif kepada pasangan calon, seperti mendekatkan diri dengan pemilih atau penonton serta memperkuat interaksi antara kedua belah pihak. Media sosial juga menjadi wadah bagi masyarakat untuk bertanya langsung kepada pasangan calon atau memberikan masukan mengenai masalah yang dihadapi.

Fitur siaran langsung di media sosial juga membantu masyarakat berkomunikasi dengan calon presiden dan wakil presiden dengan nyaman, tanpa adanya rekayasa, alami, dan menyampaikan gagasan dengan spontan.

"Ini adalah kesempatan bagi pasangan calon untuk meyakinkan publik tentang program yang mereka tawarkan," kata Arfianto.

BACA JUGA:Viral di Medsos, Apa Sih Arti Chuaks? Gen Z Wajib Tahu

Sebelumnya, calon presiden nomor urut satu, Anies Baswedan, sering berinteraksi dengan masyarakat melalui akun TikTok pribadinya. Dia menjawab pertanyaan dari penonton terkait aktivitas pribadi dan kampanye Pemilu 2024.

Hal yang sama juga dilakukan oleh calon presiden nomor urut tiga, Ganjar Pranowo. Belakangan ini, dia menggunakan akun Twitter dan TikTok pribadinya untuk berbincang dengan masyarakat pada malam hari setelah menyelesaikan kegiatan kampanye.

Sumber: