Kisah Pilu Pedagang Pohon Pinang di Jakarta: Sepi Peminat Jelang HUT Ke-78 RI

Selasa 15-08-2023,10:19 WIB
Editor : Reza Al-Habsyi

Batang-batang pohon pinang yang terhampar di depannya adalah bukti dari perjalanan panjangnya yang mengitari berbagai sudut tanah Banten, Sukabumi, dan Lampung.

Terkadang, saat sang mentari baru saja muncul di cakrawala, Fajar dan rekannya telah memulai perjalanan dengan truk fuso bermuatan besar. 

BACA JUGA:Cek Sebaran Formasi CPNS 2023 di Tingkat Pusat dan Daerah

Mereka berupaya membawa pulang batang-batang pohon pinang dengan hati-hati, mengekalkan keaslian mentahnya. 

Fajar menyebutkan bahwa harga setiap batang pohon pinang dapat mencapai antara Rp800 ribu hingga Rp1 juta, tergantung pada ukuran dan kualitasnya.

Proses mengambil pohon dari hutan bukanlah tugas yang mudah. Fajar menjelaskan bahwa setelah batang pohon dibawa ke pinggir jalan, mereka berusaha untuk mengangkutnya ke dalam kendaraan. 

Proses ini memerlukan ketekunan dan upaya nyata. Meskipun demikian, harga yang tinggi juga disebabkan oleh biaya jasa panggul yang diperlukan.

Ketika mereka tiba di lokasi, Fajar melihat dengan bangga batang-batang pohon pinang yang sudah dikumpulkan. Batang-batang ini memiliki panjang yang bervariasi, namun idealnya sekitar 12 hingga 13 meter. 

BACA JUGA:Siswa Wajib Hafal 2 Kode Etik Pramuka: Tri Satya dan Dasa Dharma

Ada juga yang lebih pendek, yang biasanya digunakan untuk perlombaan panjat pinang anak-anak dengan ketinggian sekitar 7-10 meter.

Namun, sebuah rahasia tersembunyi dalam dunia bisnis pohon pinang adalah ketidakpastian. Fajar mengakui bahwa ia tak pernah tahu apakah semua persediaan akan habis terjual. Namun, dari tahun ke tahun, hampir selalu habis terjual menjelang akhir Agustus. 

"Buat habis, kita nggak bisa prediksi. Biasanya sampai tanggal 30 Agustus pun masih ada yang bikin acara lomba. Kebanyakan sih momen-momen orang buat itu di hari libur. Kita bingung, pernah habis pernah sisa. Makanya risiko jualan pohon pinang itu besar," terang Fajar.

Walaupun demikian, dalam semua kejanggalan bisnis, Fajar menyadari bahwa para pembeli tetaplah hadir. Penggunaan pohon pinang tidak hanya terbatas pada perlombaan panjat pinang semata.

Ia tersenyum sambil mengatakan bahwa ada yang membeli pohon untuk membangun WC umum di tepi kali, atau untuk menciptakan tempat teduh seperti saung-saungan atau bangku tongkrongan.

BACA JUGA:Perpanjangan Pendaftaran Beasiswa Paragon Sampai 17 Agustus, Segera Daftar!

Di dekat sana, dalam bayangan Pohon Kemerdekaan yang tinggi dan tegap, terdapat juga pedagang pohon pinang lainnya, Subur.

Kategori :

Terpopuler