Sri Mulyani: Fragmentasi Geoekonomi, Tantangan Kompleks Bagi Indonesia

Rabu 06-12-2023,17:30 WIB
Reporter : Syahrul Ramadhan
Editor : Rio Alfin

SIASAT.CO.ID - Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan bahwa fenomena fragmentasi geoekonomi saat ini membawa sejumlah tantangan bagi perekonomian global dan Indonesia.

Menurutnya, fragmentasi global yang terjadi saat ini, terutama dipicu oleh ketegangan geopolitik yang meningkat dan persaingan industri teknologi, juga dipengaruhi oleh fenomena ekonomi seperti Brexit beberapa tahun lalu.

Dalam pidatonya di Annual International Forum of Economic Development and Public Policy (AIFED) 2023 di Kabupaten Badung, Bali, Rabu (6/12/2023), Sri Mulyani mengamati bahwa ekonomi global menjadi lebih kompleks. Tensi geopolitik cenderung mengarah pada kebijakan inward-looking.

"Di banyak headline, kita melihat bahwa tensi geopolitik semakin bergerak inward-looking,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menyampaikan bahwa tantangan utama yang dihadapi adalah fragmentasi geoekonomi, yang dapat menimbulkan ketidakpercayaan antarnegara.

BACA JUGA:Prabowo Mantap Dorong Program Jokowi, Yakin Indonesia Akan Jadi Powerhouse Ekonomi Global

Hal ini berpotensi mengakibatkan terbatasnya perdagangan internasional karena kurangnya kepercayaan antar negara.

Dampaknya, menurutnya, adalah gangguan pada rantai pasok global karena negara-negara barat lebih cenderung untuk melakukan kerja sama ekonomi di tingkat regional atau bilateral, daripada bergantung pada rantai pasok global.

Sri Mulyani mengungkapkan keprihatinannya terkait fragmentasi geoekonomi yang dapat menjadi pemicu pembentukan blok-blok regional oleh banyak negara.

Dalam konteks ini, Sri Mulyani menyebut fenomena "on-shoring" beralih menjadi "friends-shoring", menciptakan dinamika perdagangan dan investasi yang berbeda.

Tantangan kedua yang dihadapi adalah ketika negara-negara lebih memprioritaskan kepentingan individu daripada tindakan kolektif, yang berpotensi merusak struktur tata kelola global dan memicu proteksionisme yang dapat menghambat perdagangan internasional.

BACA JUGA:Indonesia Mampu Hadapi Kontraksi Ekonomi Dunia? Ini Kuncinya

Lebih lanjut, Sri Mulyani menyoroti fenomena baru yang disebutnya sebagai tekno-nasionalisme di negara-negara maju, yang menjadi ancaman terhadap kerja sama multilateral.

Tekno-nasionalisme dipicu oleh kekhawatiran terhadap kedaulatan ekonomi, dominasi teknologi, dan keamanan nasional, yang mendorong persaingan untuk menjadi yang paling maju dalam pemanfaatan teknologi.

Contohnya Tech Cold War antara Tiongkok dan US yang mendorong kemajuan inovasi domestik, kontrol terhadap ekspor dan membatasi transfer teknologi ke negara lain," ujarnya.

Kategori :

Terpopuler