Pemuda Syiah Sampang: Menumpang di Sidoarjo, Melanglang di Jember

Jumat 31-03-2023,11:12 WIB
Reporter : Rio Alfin
Editor : Reza Al-Habsyi

GEMERCIK hujan menyibak suasana lengang di Desa Sumberagung, Kecamatan Sumberbaru, Kabupaten Jember, Jawa Timur, medio Januari 2023. Seorang pemuda berusia 22 tahun meneduh di sebuah gubuk kecil yang terletak di pojok desa.

Angin berhembus. Titik-titik air beterbangan ke penjuru saung. Tangannya sesekali menyeka keliling wajah yang basah karena rembesan air tak diundang tersebut.

"Di sini lagi hujan, Bib," ujarnya.

Orang yang berbicara kepada saya itu adalah Wildan–bukan nama sebenarnya. Ia satu dari sekian pemuda yang meninggalkan Rusunawa Jemundo–tempat pengungsian warga Syiah Sampang di Sidoarjo. Kini ia merantau ke Jember untuk berkuliah.

Wildan menyapa saya dengan sebutan "Bib". Di kalangan Sunni maupun Syiah, panggilan itu ditujukan kepada mereka yang diyakini memiliki nasab sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Wildan berpikir saya seorang Habib.

"Nggeh, kek habib samean."

"Banyak yang mengira begitu," kata saya.

"Mungkin masih ada keturunan habib gitu, Cak," terkanya lagi.

Wildan tinggal di Sumberagung baru sekitar 28 hari. Ia bersama beberapa rekan mahasiswanya dari Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember sedang dalam masa Kuliah Kerja Nyata di desa yang berjarak 36 kilometer dari lokasi kampus.

Adapun selama tujuh semester ia tinggal di rumah kontrakan petak di Desa Sempusari, Kecamatan Kaliwates. Ada lima mahasiswa lain yang bermukim di sini. Sehari-hari mereka mengendarai motor menuju kampus dengan jarak tempuh tujuh menit.

Selain Wildan, ada pemuda Syiah lain bernama Azhar–juga bukan nama sebenarnya. Azhar kini sedang bertandang di Yogyakarta, di sebuah pesantren yang diasuh oleh salah satu cendekiawan Syiah. Sama seperti Wildan, Azhar berkuliah di UIN KHAS Jember.

Wildan dan Azhar merupakan mahasiswa Fakultas Komunikasi Penyiaran Islam. Mereka berasal dari Sampang, Madura. Akibat pengusiran paksa oleh warga lokal, mereka bersama keluarganya dan sekitar 300 lebih orang pergi mengungsi ke rumah susun sederhana sewa atau rusunawa di Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Mereka diusir oleh Nahdiyin–sebutan untuk para pengikut Nahdlatul Ulama–karena bermazhab Syiah.

Pengusiran warga Syiah di Sampang bermula pada Desember 2011 dengan pembakaran rumah Muhammad Sirri di Dusun Gading Laok, Desa Karanggayam. Mengutip dokumen investigasi Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (KontraS), aksi pembakaran berlanjut ke Pesantren Misbahul Huda milik Tajul Muluk, pimpinan jemaah Syiah di Sampang saat itu. Di Dusun yang sama, berjarak 1,5 kilometer dari pesantren, rumah-rumah milik pemuka Syiah juga ikut dibakar.

Sekitar satu kilometer ke arah Barat Laut, tepatnya di Dusun Solong Berek, rumah milik Syaiful dan Suhairi juga tak luput dari incaran massa. Tak sampai tiga jam, sedikitnya lima rumah beserta pesantren milik warga Syiah sudah menjadi jelaga. Aksi bakar rumah ini menandai kekerasan pertama yang dialami kelompok Syiah di Sampang.

Cerita di Balik Penyerangan

Kekerasan serupa terulang pada Minggu 26 Agustus 2012. Wildan bercerita, warga Syiah di Desa Karanggayam dan Desa Blu'uran tengah merayakan lebaran ketupat.

Kategori :

Terpopuler