Mengingat Kembali Jasa Keturunan Rasulullah Saw di Nusantara

Mengingat Kembali Jasa Keturunan Rasulullah Saw di Nusantara

Oleh: Reynaldi Adi Surya

BELAKANGAN ini narasi kebencian terhadap Keturunan Nabi suci Muhammad dan nasabnya tengah menjadi perdebatan seru di media sosial. Jika kita mengetik kata kunci "Walisongo" atau "Ba'alawi" baik di Google, Facebook atau di YouTube, sidang pembaca akan mengetahui perihal mas'alah yang dibahas tulisan ini.

Sebenarnya masalah ini bermula dari masalah keluarga. Antara Bani Walisongo dan Bani Ba'alawi al-Hadrami.

Diskusi dan kajian sering dilakukan dan pada kesimpulannya para ahli nasab dan sejarawan sepakat baik Walisongo ataupun Ba'alawi adalah zuriat Nabi Muhammad meski masih ada beberapa keturunan Walisongo yang masih belum rapih catatan nasabnya, namun ini tak menghilangkan kemuliaan keluarga Nabi Muhammad.

Sayangnya, diskusi ilmiah ini justru dikompori oleh oknum-oknum yang berusaha cari ketenaran dan pansos di media sosial. Beberapa video banyak dibuat oleh influencer dadakan terkait silsilah Walisongo dan Ba'alawi, meskipun isi videonya hanya tambal sulam dan tak relevan dengan pucuk persoalan.

Celakanya, kegaduhan terkait Silsilah Rasulullah di medsos justru digiring ke isu rasis yang mengarah ke narasi pribumi versus pendatang, habib versus kyai, atau Bani Ba'alawi versus Bani Walisongo.

Para penunggang berusaha memancing amarah masyarakat dan berusaha menghapus jasa para zuriat Rasulallah diingatan kolektif masyarakat.

Jika masalah ini dilanjutkan tanpa solusi dan tindakan yang tepat, yang ditakutkan adalah terjadi kekisruhan yang berujung pada pertumpahan darah. Dan yang paling rugi disini tak lain adalah umat Islam Indonesia sendiri.

Baca Juga: Menjadi Pribadi Transendental: Meneladani Sosok Ibrahim AS

Narasi Kebencian Sepanjang Sejarah

Masalah nasab Zuriah Rasulallah ini sebenarnya bukan persoalan baru di Indonesia, bahkan jika kita tarik ke belakang, persoalan nasab Bani Alawiyyah atau keluarga Nabi ini juga pernah menimbulkan pertumpahan darah.

Dalam kitab-kitab tarikh klasik misalnya, para Alawiyyin merasa tersiksa karena dikejar-kejar oleh penguasa Umayyah.

Sayyidina Ali dan keluarganya dikutuk di atas mimbar, keturunannya dimarginalkan, bahkan Rasul Jafariyan, sejarawan kontemporer, dalam buku The History of Chaliph, menulis bahwa Gubernur Hajjaj bin Yusuf memberi hadiah bagi orang-orang yang bernama Ali untuk bersedia menganti nama.

Teror dan intimidasi yang dahsyat ini membuat anak-anak Fatimah dan Bani Hasyim mengungsi ke segala penjuru.

Sumber: