Jaga Pemilu, Jaga Demokrasi

Jaga Pemilu, Jaga Demokrasi

Ilustrasi Dinasti Politik.--Foto: Katadata

SEJUMLAH tokoh berbekal reputasi tinggi mendeklarasikan gerakan "Jaga Pemilu" dengan nuansa kecerdasan dan kebekenan. Para guru besar, ahli hukum, dan eks-pimpinan lembaga hukum mencuat sebagai garda terdepan.

Gerakan ini, pada pandangan awal, tampak lebih fokus pada pemilu presiden (pilpres) daripada pemilu legislatif (pileg), mengingat sorotan publik yang lebih intens terhadap pilpres.

Di balik jalinan politik yang kompleks, capres Anies Baswedan memilih cawapres Muhaimin Iskandar untuk memperkuat elektabilitasnya, sedangkan Prabowo mengajukan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres, strategi cerdik untuk meraih dukungan dari kalangan pendukung Joko Widodo (Jokowi).

Meski Gibran awalnya tidak memenuhi syarat usia, Mahkamah Konstitusi dengan gesitnya memperlancar jalannya, menimbulkan kontroversi di antara para observan politik.

Namun, meskipun pasangan Prabowo-Gibran telah resmi dicatat di Komisi Pemilihan Umum, tetap ada keraguan di benak banyak orang terkait keberlanjutan dan dampak politik sejati.

BACA JUGA:Di Balik Upaya Kaesang Masuk Politik, Pengamat: Jokowi Bakal Bangun Dinasti Pesaing Trah Soekarno

Simbol-simbol Prabowo-Gibran mungkin mencuat di baliho jalanan, tetapi banyak yang melihatnya sebagai bayangan yang cepat memudar, dengan wajah imut Gibran hanya menjadi pencitraan sementara, yang tertutup oleh citra kuat Jokowi.

Gibran, sebagai putra Jokowi, menarik perhatian sebagai unsur emosional yang bisa dimanfaatkan dalam kampanye. Ada dugaan kuat bahwa Jokowi akan memobilisasi sumber daya dan dukungannya untuk menjamin kemenangan pasangan tersebut, memicu reaksi dari sekelompok tokoh berpengaruh yang membentuk gerakan "Jaga Pemilu."

Dalam pandangan mereka, gerakan ini bukan semata-mata untuk mengawasi pelanggaran yang mungkin terjadi selama pemungutan suara, tetapi juga sebagai langkah proaktif untuk melindungi integritas demokrasi.

Dengan adanya kecenderungan caleg untuk fokus pada "SDM selamatkan diri sendiri," muncul ajakan agar pemilih tidak terpengaruh intimidasi dan memilih pemimpin yang memahami urusan negara.

Dengan demikian, gerakan "Jaga Pemilu" disajikan sebagai respons terhadap dinamika politik yang semakin kompleks, mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dalam memilih pemimpin yang benar-benar mampu menjaga dan memajukan negara.

Sumber: