FormasNU Ajak Publik Awasi Pemilu 2024 Lewat Gerakan Kentongan Perubahan

FormasNU Ajak Publik Awasi Pemilu 2024 Lewat Gerakan Kentongan Perubahan

Cawapres RI Muhaimin Iskandar (tengah) memukul kentongan bersama pendukungnya saat Kampanye Patroli Kentongan di Lapangan Simpang Agung, Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, Selasa (9/1/2024).--Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/nym.

SIASAT.CO.ID - Forum Masyarakat Santri Nusantara (FormasNU) mengajak partisipasi publik untuk mengawasi Pemilu 2024 guna meminimalkan terjadinya kecurangan. Dalam upaya ini, mereka mengusung gerakan kentongan perubahan.

"AMIN menggerakkan rakyat untuk mengawasi pemilu di semua tahapan karena indikasi kecurangannya begitu nyata. Kenapa kentongan? Karena kentongan ini sudah familier di Indonesia," ungkap Ketua FormasNU, Ahmad Rouf Qusyairi, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta pada Minggu.

Ahmad Rouf yang akrab disapa Gus Rouf, berpendapat bahwa pemilu 2024 merupakan pemilu yang paling rawan terhadap kecurangan.

Hal ini disebabkan oleh langkah politik Gibran Rakabuming Raka, putra Presiden RI Joko Widodo, yang maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Hal ini membuat kontestan lain seolah-olah menghadapi petahana bayangan.

Oleh karena itu, Gus Rouf, yang juga menjabat sebagai Deputi Santri Milenial di Timnas AMIN, mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam partisipasi publik melalui gerakan kentongan perubahan.

BACA JUGA:Ganti Haluan, Ikhwanul Muballighin Resmi Dukung Prabowo-Gibran di Pemilu 2024

Gus Rouf menyatakan bahwa setiap kontestasi politik lima tahunan selalu memiliki potensi kecurangan, karena siapa pun yang terlibat akan menggunakan segala cara untuk mewujudkan cita-citanya berkuasa.

"Tinggal bagaimana cara untuk meminimalkan potensi kecurangan itu. Syukur-syukur bisa nol koma sekian persen. Karena ini menyangkut kualitas demokrasi, hasil kontestasi pileg maupun pilpres benar-benar punya legitimasi kuat dan dapat diterima publik," ungkap Gus Rouf dalam diskusi Polemik Trijaya.

Menurutnya, penggunaan kentongan menjadi simbol peringatan berbasis kebajikan lokal bahwa kondisi negara tidak sedang dalam keadaan yang baik.

"Apalagi pada saat yang sama, lembaga penyelenggara pemilu juga terlihat agak kendor," ujarnya.

BACA JUGA:Ganti Haluan, Ikhwanul Muballighin Resmi Dukung Prabowo-Gibran di Pemilu 2024

Gus Rouf menyadari bahwa pada era digital seperti sekarang, kentongan sudah dianggap usang oleh kaum milenial.

"Era digital memang menuntut kreativitas yang memiliki nilai. Oleh karena itu, kentongan ini menjadi alat untuk menyamakan frekuensi, tetapi akan tetap diekspos melalui media sosial dan sebagainya," jelasnya.

Sumber: