Komisioner KPU: Sistem Pemilu Indonesia Lebih Unggul dari AS

Selasa 30-01-2024,13:22 WIB
Reporter : Jabbar Baskara
Editor : Bustamil Arifin

SIASAT.CO.ID - Komisioner KPU Idham Holik mengungkapkan bahwa sistem pemilihan umum (pemilu) di Republik Indonesia (RI) dinilai lebih baik daripada di Amerika Serikat (AS).

"Dalam perbandingan sistem pemilu antara Indonesia dan AS, saya sebagai warga negara Indonesia (WNI) berpendapat bahwa sistem kita lebih unggul," kata Idham dalam wawancara eksklusif bersama ANTARA di Wisma Antara B, Cikini, Jakarta, Senin (29/1).

Idham mengungkapkan bahwa pernah berdiskusi dengan kolega dari perguruan tinggi di AS dan melakukan studi komparatif tentang sistem pemilihan presiden dan wakil presiden.

Di AS, presiden tidak dipilih langsung oleh rakyat, melainkan oleh lembaga yang disebut electoral college atau lembaga pemilih.

"Warga AS sebenarnya memilih perwakilan untuk electoral college saat mereka memilih. Tugas utama electoral college adalah memilih presiden dan wakil presiden," jelasnya.

BACA JUGA:Ketua KPU Papua: Biaya Kirim Logistik Pemilu di Papua Rp150 Juta per TPS

Mereka bertugas setiap empat tahun sekali, beberapa minggu setelah pemungutan suara oleh masyarakat di negara bagian, pada saat itulah mereka melakukan pemilihan.

"Setiap 4 tahun, terutama pada tanggal 20 Januari, elektor memilih calon presiden," tambahnya.

Sementara itu, Indonesia menerapkan asas "LUBER JURDIL" yang berarti "Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur, dan Adil". "Langsung" berarti setiap pemilih harus memberikan suara secara langsung dan tidak boleh diwakilkan.

"Di Indonesia, pemilih dapat memilih langsung dan menentukan pilihan presiden mereka sendiri. Menurut saya, ini luar biasa," kata Idham.

Dari sudut pandang ini, Idham menyatakan kebanggaannya dengan sistem pemilu di Indonesia dibandingkan dengan AS. Meskipun Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar ketiga, namun sistem pemilu tetap dianggap terbaik.

BACA JUGA:KPU: Presiden Ajukan Cuti ke Dirinya Sendiri Jika Mau Kampanye

"Kita harus bangga sebagai warga negara Indonesia. Bangsa ini besar dan sistem demokrasi Indonesia terbilang stabil dibandingkan dengan negara lain," ujarnya.

Idham juga menyoroti penurunan demokrasi yang signifikan di AS, seperti democratic backsliding, how democracies die, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan adanya masalah yang serius di negara tersebut.

Oleh karena itu, dia merasa bangga dengan Indonesia yang terus melakukan perbaikan. Idham menegaskan bahwa kritik adalah bagian dari praktik demokrasi dan partisipasi dalam Pemilu 2024 akan menentukan masa depan bangsa dan negara.

Kategori :

Terpopuler