Si Paling Update, Si Paling Anxiety

Selasa 11-04-2023,10:24 WIB
Reporter : Jabbar Baskara
Editor : Jabbar Baskara

Menurutnya kondisi alienasi adalah suatu keadaan seseorang terkucil dari dirinya sendiri dan lingkungannya. Mengingat itu rasanya jadi tampak jelas wajah kawan saya yang hidupnya sama sekali tidak punya minat pada hal kekinian, itu jadi sebuah kenyataan yang saya lihat bahwa kawan saya itu sudah terasing dari lingkungannya. Ya, lingkungannya sebagai manusia modern.

Bukan kepalang, dalam lingkungan kerja kantor seperti ini saja dia tak sama sekali pernah terlibat saat kami membicarakan soal isu mental health. Padahal ya, padahal, semua orang pasti melek soal isu itu, kesehatan mental men! Bukan perkara sepele untuk kami para pekerja ini, sungguh sikap yang tidak patut ditiru dari kawan saya itu.

Dalam segala kesibukan yang melelahkan, saya pernah absen selama seminggu karena sakit. Sakit badan yang saya alami lebih besar porsinya di bagian kepala, ditambahi rasa sesak di dada, dan panas di kerongkongan sehingga bikin badan tak sanggup buat bergerak.

Jika ada gerakan yang dipaksakan seperti misalnya harus ke kamar mandi atau makan, tubuh saya akan gemetaran bukan main. Beruntunglah ada adik saya yang mau menolong membopong saya yang tergopoh-gopoh ke kamar mandi atau mengantar makanan ke kamar tidur. Sakit itu saya anggap sebagai waktu istirahat.

Baca Juga: Mitos, Gen Z, en Fomo

Setelah rasa sakit di kepala itu mereda dan kembali ke kesibukan sehari-hari, saya masih sering dihinggapi rasa sakit kepala itu dan mesti diawali kondisi saya yang merasakan resah. Resahnya itu tentu beragam, kadang saya resah pada hasil pekerjaan jika itu kurang memuaskan, belum lagi resah pada hal-hal yang sangat sulit saya ketahui apa penyebabnya tapi justru itu makin menambah resah dan cemas.

Jika datang situasi seperti itu saya bisa keringat dingin sampai pada tahap tertentu itu bisa buat saya merasa takut, takut pada apa? Tentu saya juga tidak tahu.

Dalam kondisi tubuh yang intens mengalami pasang kecemasan itu, gelagat saya dikeseharian jadi berubah. Hal itu disadari oleh kawan saya yang saya bilang teralienasi.

"Beberapa hari ini aku lihat wajahmu sering pucat"

"Ehh, masa sih? Tidak juga ahh"

"Kamu ini. Saya sering memperhatikan teman di sekitar. Jadi tahulah kalo ada yang berubah dari teman sekitar saya, apalagi kamu yang sering mengajak ngobrol."

"Ahh berlebihan, saya sedang tidak enak badan saja akhir-akhir ini. Sepertinya kurang istirahat saja," jawabku.

Baca Juga: Anjing Rakun adalah Wajah Kita Sebenarnya

Sesudah obrolan itu, dua hari setelahnya, saya kembali absen dari pekerjaan. Kali ini sudah dua minggu dan karena berkurangnya produktifitas, kantor memberhetikanku.

Begitu mudahnya saya diberhentikan meski tak terbilang kontribusi saya selama dua tahun ini bekerja di sana, memang betul untuk pekerja kontrak seperti saya tak ada nilainya di hadapan pemodal, dianggap sudah tidak menguntungkan dan menghambat gerak, mudah baginya untuk cari penggantinya.

Perasaan cemas ini makin menghantui, setelah kedukaan diberhentikan, perasaan left-out dan kesepian makin saya rasakan, hidup makin hampa saja rasanya.

Tags :
Kategori :

Terkait

Terpopuler