Habib Luthfi: Toleransi di Indonesia Sudah dari Zaman Majapahit dan Siliwangi

Habib Luthfi: Toleransi di Indonesia Sudah dari Zaman Majapahit dan Siliwangi

Habib Luthfi sebut toleransi di Indonesia sudah sejak zaman Majapahit dan Siliwangi.--Foto: istimewa

SIASAT.CO.ID - Mustasyar PBNU, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, menekankan bahwa persatuan bangsa adalah faktor utama dalam menjadikan Indonesia sebagai negara yang kuat. Hal ini telah terbukti melalui bukti-bukti sejarah dari leluhur bangsa Indonesia selama ratusan hingga ribuan tahun yang lalu.

"Bangsa kita ini bangsa yang besar, bukan bangsa yang lemah,” kataHabib Luthfi  tegasnya saat berbicara dalam acara Tasyakuran HUT ke-78 RI dan Pelantikan MUI Kabupaten Subang di Kelurahan Pasirkareumbi, Subang, Jawa Barat pada Jumat (18/8/2023).

Dalam kesempatan tersebut, Habib Luthfi merincikan sejarah leluhur bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan, termasuk kerajaan Pajajaran, Majapahit, Mataram, Sriwijaya, Kutai Kertanegara, Singosari, Daha, dan Aceh.

Ia menjelaskan bahwa para leluhur ini adalah sesepuh bangsa, yang telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang dapat dianggap remeh.

Habib Luthfi menyatakan bahwa kekuatan bangsa Indonesia melemah saat terjadi konflik internal, seperti contohnya adalah konflik antara kerajaan Singosari dan Daha. Dia juga menggambarkan invasi pasukan Kubilai Khan dari Kerajaan Mongol yang memiliki kekuatan militer besar.

BACA JUGA:Kontribusi Gus Dur di Bidang Lingkungan

Dalam kasus tersebut, Kubilai Khan menekan Raja Singosari, Raden Wijaya, untuk memberikan upeti. Namun, setelah menaklukkan kerajaan Daha yang dipimpin Jayakatwang, pasukan Singosari menyerang balik pasukan Mongol dan berhasil memenangkan pertempuran.

Habib Luthfi juga membahas sejarah ekspansi Gajah Mada dari Sri Langka hingga Indocina sebagai bentuk "show of force" kepada dunia internasional dan pasukan Mongol.

“Dari sekian puluh kapal (pasukan Kubilai Khan) hanya satu saja yang selamat. Ini menjadi mata pelajaran pada waktu di Majapahit,” kata Rais Amm Jatman ini.

Ia menekankan bahwa toleransi telah menjadi bagian dari warisan leluhur bangsa, seperti contohnya Prabu Siliwangi yang mendukung agama yang berbeda.

“Contoh yang sangat luar biasa, Prabu Siliwangi mengangkat Syekh Quro, yang ngangkat agamanya beda, yang diangkat agamanya beda,” cerita Habib Luthfi.

BACA JUGA:Gus Yahya Sebut Kemerdekaan Adalah Takdir Mulia Bangsa Indonesia

Pada masa Majapahit, Prabu Brawijaya mengangkat Syekh Quro dan Syekh Ibrahim as-Samarqandi ke dalam pemerintahan sebagai bentuk toleransi.

“Jadi toleran itu sudah kita yang ketinggalan, sudah 700 tahun yang lalu. Apalagi zaman Hijrah dengan adanya Piagam Madinah,” kata Habib Luthfi.

Sumber: