Orang Tua Terlalu Otoriter Asuh Anak, Ini Dampak Buruknya

Orang Tua Terlalu Otoriter Asuh Anak, Ini Dampak Buruknya

Pola asuh orang tua terlalu otoriter terhadap anak berdampak buruk pada psikologis.--Foto: Parentalk

SIASAT.CO.ID - Menjadi orang tua yang baik memerlukan usaha lebih karena teknik pola asuh anak yang efektif tidak selalu merupakan sifat bawaan.

Banyak orang tua yang penuh perhatian meyakini bahwa dengan menetapkan dan menegakkan batasan secara ketat, mereka sedang melakukan yang terbaik untuk anak-anak mereka.

Namun, pendekatan pengasuhan yang terlalu ketat dapat menimbulkan masalah perilaku pada anak, meskipun mungkin dapat memaksa ketaatan mereka untuk sementara waktu.

Dalam sebuah penelitian pada tahun 2015 oleh Royal University of Phnom Penh, lebih dari 60 persen mahasiswa dan staf dilaporkan mengalami kecemasan atau depresi, dan beberapa dari mereka menghubungkan kondisi tersebut dengan pola asuh yang keras.

Dampak Psikologis

Pola asuh otoriter, yang cenderung kaku dan minim interaksi, dikaitkan dengan hasil yang tidak menguntungkan. Dalam pola asuh ini, orang tua kurang berkomunikasi atau mendengarkan pendapat anak mereka.

Ahli Ontologi dan Pakar Kesehatan Mental & Hubungan, Aashmeen Munjaal, mengungkapkan bahwa harapan yang berlebihan dan perhatian yang terbatas sering kali menjadi ciri dari pola asuh yang ketat. Pendekatan ini dapat memiliki dampak negatif jangka panjang pada pertumbuhan dan kesejahteraan anak-anak.

BACA JUGA:Transmisi HIV dari Ibu ke Anak Terus Terjadi di Indonesia

"Walaupun keteraturan dan disiplin diperlukan dalam mengasuh anak dengan efektif, pendekatan yang terlalu ketat dapat berdampak buruk pada aspek sosial, psikologis, emosional, dan mental anak," ungkapnya.

Dalam konteks dampak emosional, pola asuh yang kaku dapat merendahkan harga diri anak karena lebih menekankan pembatasan dan kepatuhan daripada memberikan dorongan untuk pengembangan kemandirian.

Hal ini tidak hanya membatasi kehidupan mereka saat ini, tetapi juga dapat menghambat inisiatif dan realisasi potensi penuh anak-anak, selain mengekang mereka dalam batasan stereotip yang ada.

Munjaal juga menyoroti bahwa anak-anak yang diasuh dengan ketat lebih rentan mengalami kecemasan dan tekanan psikologis karena tumbuh dalam lingkungan yang terus-menerus menuntut.

Munculnya Fobia dan Tantangan Emosional

Pola asuh yang ketat dapat memicu munculnya fobia emosional pada anak, terutama terkait dengan rasa takut akan kesalahan dan konsekuensinya. Kesulitan dalam berkomunikasi mengenai perasaan dan emosi juga dapat timbul sebagai dampaknya.

"Lingkungan yang kaku dapat memberikan hambatan pada anak-anak untuk mengembangkan keterampilan sosial, serta berkontribusi pada kurangnya komunikasi antarpribadi. Hal ini dapat menyulitkan pembentukan dan pemeliharaan hubungan emosional, dan mungkin membuat mereka terlihat jauh atau kaku di mata orang lain," jelas Munjaal.

Sumber: