Pemuda Syiah Sampang: Menumpang di Sidoarjo, Melanglang di Jember

Pemuda Syiah Sampang: Menumpang di Sidoarjo, Melanglang di Jember

Heri, 10 tahun, bercerita bahwa dia dan teman-temannya ingin bermain di sungai dan sawah. Mereka tak bisa bermain dengan bebas karena takut mengganggu penduduk yang menyewa rusunawa. Rupanya, anak kecil dari warga Syiah mendapat perlakuan yang kurang baik dari anak-anak di luar rusunawa.

"Suka mukul kalau pas lagi main bola… ya padahal saya nggak sengaja senggol, langsung dipukul," ucap Heri menceritakan pengalamannya.

Baca Juga: Tauhid Adalah Pembebasan

Di Jemundo, masih terdapat pembedaan perlakuan yang diterima para pengungsi Syiah. Artinya pasca diungsikan ke rusunawa, diskriminasi kepada warga Syiah Sampang masih berlanjut. Hal itu dapat dilihat dari pengalaman pengungsi saat peringatan hari-hari besar, seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Mereka kerap diimbau agar tidak pulang dengan alasan keamanan. Pemprov Jatim bahkan menurunkan pihak kepolisian untuk berjaga-jaga di rusunawa.

Zakia, seorang pengungsi lain mengungkapkan pengalamannya saat pulang pada Hari Raya dan mendapatkan pengawalan dari polisi saat berada di Sampang. Belum ada dua jam, kata Zakia, sudah disuruh balik lagi ke rusunawa.

Selama tinggal di rusunawa, warga Syiah mengaku merasa lebih aman di banding saat mengungsi di GOR. Para pengungsi juga tidak menerima tindak kekerasan atau ancaman seperti saat berada di kampung halamannya. Mereka juga masih bisa melaksanakan ibadah sesuai dengan fikih Syiah.

Kendati keamanan dan kebebasan beribadah di rusunawa cukup terjamin, akan tetapi warga Syiah Sampang sempat mendapatkan kendala untuk melaksanakan kegiatan keagamaannya

Pengungsi lain bernama Nur Cholis, bercerita, “Kadang itu kami dipersulit untuk ngadain acara apa, mau pakai masjid sebelah tidak diperbolehkan… Kita mau ngadakan maulid bersama, kami dipersulit suruh izin sana sini, akhirnya tidak diberikan izin… Alasannya klasik, keamanan."

Irfan Setyanuddin, salah satu pegawai yang dipercaya BPBD Provinsi Jawa Timur menangani pengungsi mengatakan kehidupan warga Syiah Sampang pasca diungsikan ke rusunawa telah kembali normal. Anak-anak dapat bermain dan belajar lagi tanpa rasa takut, para orang tua dapat mencari nafkah tanpa tekanan dari masyarakat sekitar, serta mereka juga semua dapat beribadah sesuai dengan akidahnya.

Irfan juga mengeklaim kehidupan pengungsi Syiah lebih baik berada di rusunawa ketimbang di kampung halamannya. Menurutnya, dengan jumlah tunjangan hidup sebesar Rp 709.000 per-KK per bulan yang diterima, serta lokasi tempat tinggal yang mudah diakses, pengungsi merasa nyaman dan betah selama hidup di rusunawa.

"Dengan uang bantuan dan bekerja di kelapa, pendapatan mereka jauh lebih besar daripada waktu di Sampang Madura. Jadi bisa dikatakan mereka lebih bahagia tinggal di rusunawa daripada harus kembali ke Sampang yang pekerjaannya tidak jelas," ujar Irfan.

Pandangan Irfan bertolak belakang dengan apa yang dirasakan pengungsi Syiah. Mereka masih tetap merasa tidak nyaman dan bimbang atas nasibnya: sampai kapan mereka akan menempati rusunawa? Seorang pengungsi lain, Saudah, mengungkapkan warga Syiah mengaku sangat ingin kembali pulang dan melanjutkan kehidupan di tanah kelahirannya. Bagaimanapun kondisi di Sampang, mereka tetap merindukan rumahnya.

“Nyaman gimana, ini tempatnya orang, ndak bebas. Kalau di tempat sendiri di Madura ya enak meskipun makannya singkong aja enak. Kalo di sini meskipun makannya sama ikan tetap nggak enak. Masih enakan di Madura."

Kehidupan warga Syiah di rusunawa seperti tak ada gejolak yang berarti. Namun jika diajak berbincang, gejolak terpendam mereka terasa sekali. Satu hal yang membuat mereka begitu ingin kembali ke Sampang adalah kerinduan mereka dengan aktivitas mencangkul di sawah dan bercengkerama dengan warga desa. Anak-anak juga rindu bermain di sawah, mandi di sungai serta bermain petasan di depan rumah.

Bukan hanya orang dewasa, anak-anak yang menjadi pengungsi juga menyimpan kerinduan terhadap teman-teman di kampung dan suasana bermain di desa.

Sumber: